Kuat artinya layak, cerdas dan mampu melaksanakan tugas. Kekuatan berbeda dari satu tugas ke tugas yang lain. Ibnu Taimiyah berkata: “Kekuatan tergantung pekerjaan yang dihadapinya. Kuat dalam kepemimpinan perang kembali kepada keberanian hati, pengalaman perang dan taktik, juga kemampuan dalam berbagai strategi perang. Sedangkan kekuatan dalam memimpin manusia kembali kepada pengetahuan terhadap keadilan sebagaimana ditunjukkan dalam Kitab dan Sunnah dan kemampuan melaksanakan hukum-hukum”.
Ketika Imam Ahmad bin Hambal ditanya tentang dua macam komandan perang, satunya kuat dan tegas namun sering berbuat dosa sedangkan yang lain shalih dan baik namun lemah, siapakah yang harus diikuti? Beliu menjawab: “Adapun orang jahat yang kuat, maka kekuatannya adalah keuntungan bagi kaum muslimin dan kejahatannya kembali kepada dirinya sendiri. Adapun pemimpin perang yang shalih namun lemah, maka kebaikannya untuk dirinya sendiri dan kelemahannya menjadi bencana bagi kaum muslimin. Pergilah bersama komandan perang yang kuat walaupun sering berbuat dosa”. Bahkan Nabi SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan menguatkan agama ini dengan seorang laki-laki yang jahat”.
Al-Maududi pernah berkata: “Sesungguhnya suatu bangsa akan menang dengan keimanan, apabila mereka meninggalkan keimanan, maka mereka akan menang dengan kekuatan”.
Di Antara Bentuk-Bentuk Hilangnya Kekuatan:
Pertama: Rutinitas yang mematikan dan lambat dalam menyelesaikan tugas. Tekanan dalam kerja menyebabkan depresi dan rasa bosan, serta membawa kepada sikap untuk menghabiskan waktu semaunya.
Diceritakan ada dua orang bersaudara yang berselisih dalam pembagian air untuk menyirami kebun mereka. Lalu keduanya membawa perselisihan tersebut ke meja hijau. Keduanya terus mengajukan kasus dan saling menuntut hingga lebih dari 43 tahun sampai keduanya meninggal dan kasus tersebut tetap belum terselesaikan. Akhirnya kasus tersebut diteruskan oleh keturunan mereka.
Kedua: Lemahnya istighfar. Istighfar menjadi lemah dan tidak ada artinya, ketika diucapkan tanpa dijiwai, yaitu dengan mengucapkan istighfar secara cepat sehingga tidak merasuk kedalam jiwa. Istighfar yang benar akan mengangkat jiwa seseorang. Mengangkatnya terbang ke langit dan menancapkan kakinya diatas tanah dengan menunjukkan tanda-tanda kekuatan jiwa: “Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun", niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”.
Semua itu adalah kekuatan di dunia dan kenikmatan serta rahmat di akhirat. Itu adalah sumber inspirasi yang tidak dimiliki oleh orang Barat. Perhatian mereka hanya terfokus pada kepemilikan kekuatan, itu saja tidak cukup. Adapun kemajuan mereka sekarang, tidaklah menunjukkan bahwa mereka memiliki nilai-nilai yang tidak kita miliki, namun hal itu menunjukkan kelemahan umat islam dan jauhnya mereka dari semangat islam yang asli.
Nabi Hud a.s. menasehati kaumnya tentang syarat mental pembangunan ekonomi, yaitu dalam perkataannya: “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa".
Ketika Imam Ahmad bin Hambal ditanya tentang dua macam komandan perang, satunya kuat dan tegas namun sering berbuat dosa sedangkan yang lain shalih dan baik namun lemah, siapakah yang harus diikuti? Beliu menjawab: “Adapun orang jahat yang kuat, maka kekuatannya adalah keuntungan bagi kaum muslimin dan kejahatannya kembali kepada dirinya sendiri. Adapun pemimpin perang yang shalih namun lemah, maka kebaikannya untuk dirinya sendiri dan kelemahannya menjadi bencana bagi kaum muslimin. Pergilah bersama komandan perang yang kuat walaupun sering berbuat dosa”. Bahkan Nabi SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan menguatkan agama ini dengan seorang laki-laki yang jahat”.
Al-Maududi pernah berkata: “Sesungguhnya suatu bangsa akan menang dengan keimanan, apabila mereka meninggalkan keimanan, maka mereka akan menang dengan kekuatan”.
Di Antara Bentuk-Bentuk Hilangnya Kekuatan:
Pertama: Rutinitas yang mematikan dan lambat dalam menyelesaikan tugas. Tekanan dalam kerja menyebabkan depresi dan rasa bosan, serta membawa kepada sikap untuk menghabiskan waktu semaunya.
Diceritakan ada dua orang bersaudara yang berselisih dalam pembagian air untuk menyirami kebun mereka. Lalu keduanya membawa perselisihan tersebut ke meja hijau. Keduanya terus mengajukan kasus dan saling menuntut hingga lebih dari 43 tahun sampai keduanya meninggal dan kasus tersebut tetap belum terselesaikan. Akhirnya kasus tersebut diteruskan oleh keturunan mereka.
Kedua: Lemahnya istighfar. Istighfar menjadi lemah dan tidak ada artinya, ketika diucapkan tanpa dijiwai, yaitu dengan mengucapkan istighfar secara cepat sehingga tidak merasuk kedalam jiwa. Istighfar yang benar akan mengangkat jiwa seseorang. Mengangkatnya terbang ke langit dan menancapkan kakinya diatas tanah dengan menunjukkan tanda-tanda kekuatan jiwa: “Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun", niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”.
Semua itu adalah kekuatan di dunia dan kenikmatan serta rahmat di akhirat. Itu adalah sumber inspirasi yang tidak dimiliki oleh orang Barat. Perhatian mereka hanya terfokus pada kepemilikan kekuatan, itu saja tidak cukup. Adapun kemajuan mereka sekarang, tidaklah menunjukkan bahwa mereka memiliki nilai-nilai yang tidak kita miliki, namun hal itu menunjukkan kelemahan umat islam dan jauhnya mereka dari semangat islam yang asli.
Nabi Hud a.s. menasehati kaumnya tentang syarat mental pembangunan ekonomi, yaitu dalam perkataannya: “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa".