Disebutkan dalam buku Lisaanul Arab, kata القود “al-qaudu” (memimpin atau menuntun) lawan kata dari السوق “as-sauqu” (menggiring), seperti perkataan: menuntun binatang dari depan dan menggiring binatang dari belakang.
Dalam makna bahasa ini terdapat isyarat yang menarik, intinya: bahwa posisi pemimpin adalah di depan, hal itu supaya menjadi petunjuk bagi anggotanya dalam kebaikan dan menjadi pembimbing mereka kepada kebenaran.
Pimpinan rumah tangga atau ayah bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya dan mengarahkan mereka supaya menjadi orang yang baik. Kepala organisasi bertanggung-jawab terhadap jalannya organisasi dan kesuksesannya. Guru bertanggung-jawab terhadap muridnya. Apabila pemimpin tidak berbuat seperti itu, maka orang-orang akan mencabut dukungan mereka kepadanya dan mengalihkannya kepada orang-orang yang membawa manfaat. Karena tidak ada seorangpun yang berakal akan rela dipimpin menuju kehancuran dan kegagalan, kecuali jika dia dibohongi, berjiwa oportunis atau tidak memiliki kekuatan. Ketika itu kita berhak menamakan mereka sebagai penggiring bukan pemimpin.
Kepemimpinan bukanlah harta rampasan perang yang bisa dinikmati oleh pemimpin dan bersenang-senang dengan kata-kata pujian, namun kepemimpinan adalah kerja keras dan tanggung-jawab.
“Kepemimpinan adalah proses menggerakkan manusia untuk meraih tujuan”.
Oleh karena itu kepemimpinan memiliki tiga unsur:
1. Adanya tujuan yang menggerakan manusia.
2. Adanya sekelompok orang.
3. Adanya pemimpin yang mengarahkan dan memberikan pengaruh kepada manusia.
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Kalian semua adalah pemimpin dan bertangung-jawab terhadap kepemimpinannya. Penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung-jawab terhadap mereka. Istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan bertanggung-jawab terhadap kepemimpinannya, hamba sahaya adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan dia bertanggung-jawab terhadap kepemimpinannya”.
Abu Hatim rahimahullah berkata: hadits ini menegaskan bahwa semua pemimpin bertanggung-jawab terhadap kepemimpinannya, maka wajib bagi seorang pemimpin selalu mengawasi dan memelihara rakyatnya. Pemimpin manusia adalah para ulama, pemimpin penguasa adalah raja, pemimpin orang shaleh adalah ketakwaan mereka, pemimpin murid adalah gurunya, pemimpin anak adalah bapaknya, pemimpin isteri adalah suaminya, pemimpin budak adalah tuannya dan setiap pemimpin bertanggung-jawab terhadap kepemimpinannya.
Ada kata mutiara yang mengatakan: “Jika engkau ingin menjadi pemimpinku, maka beradalah di depanku”.
Dalam makna bahasa ini terdapat isyarat yang menarik, intinya: bahwa posisi pemimpin adalah di depan, hal itu supaya menjadi petunjuk bagi anggotanya dalam kebaikan dan menjadi pembimbing mereka kepada kebenaran.
Pimpinan rumah tangga atau ayah bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya dan mengarahkan mereka supaya menjadi orang yang baik. Kepala organisasi bertanggung-jawab terhadap jalannya organisasi dan kesuksesannya. Guru bertanggung-jawab terhadap muridnya. Apabila pemimpin tidak berbuat seperti itu, maka orang-orang akan mencabut dukungan mereka kepadanya dan mengalihkannya kepada orang-orang yang membawa manfaat. Karena tidak ada seorangpun yang berakal akan rela dipimpin menuju kehancuran dan kegagalan, kecuali jika dia dibohongi, berjiwa oportunis atau tidak memiliki kekuatan. Ketika itu kita berhak menamakan mereka sebagai penggiring bukan pemimpin.
Kepemimpinan bukanlah harta rampasan perang yang bisa dinikmati oleh pemimpin dan bersenang-senang dengan kata-kata pujian, namun kepemimpinan adalah kerja keras dan tanggung-jawab.
“Kepemimpinan adalah proses menggerakkan manusia untuk meraih tujuan”.
Oleh karena itu kepemimpinan memiliki tiga unsur:
1. Adanya tujuan yang menggerakan manusia.
2. Adanya sekelompok orang.
3. Adanya pemimpin yang mengarahkan dan memberikan pengaruh kepada manusia.
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Kalian semua adalah pemimpin dan bertangung-jawab terhadap kepemimpinannya. Penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung-jawab terhadap mereka. Istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan bertanggung-jawab terhadap kepemimpinannya, hamba sahaya adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan dia bertanggung-jawab terhadap kepemimpinannya”.
Abu Hatim rahimahullah berkata: hadits ini menegaskan bahwa semua pemimpin bertanggung-jawab terhadap kepemimpinannya, maka wajib bagi seorang pemimpin selalu mengawasi dan memelihara rakyatnya. Pemimpin manusia adalah para ulama, pemimpin penguasa adalah raja, pemimpin orang shaleh adalah ketakwaan mereka, pemimpin murid adalah gurunya, pemimpin anak adalah bapaknya, pemimpin isteri adalah suaminya, pemimpin budak adalah tuannya dan setiap pemimpin bertanggung-jawab terhadap kepemimpinannya.
Ada kata mutiara yang mengatakan: “Jika engkau ingin menjadi pemimpinku, maka beradalah di depanku”.