“Apabila anda memberikan ikan kepada seseorang, berarti anda memberinya makan sehari, jika anda memberikan pancing, berarti anda memberinya makan selama hidupnya dan jika anda mengajarinya membuat pancing maka sesungguhnya anda memberinya kehidupan baru, bukan hanya makanan”. (Stephen Covey).
Dalam materi ini anda akan mengenal:
* Bencana!
* Posisi pemimpin.
* Urgensi kepemimpinan.
* 4 krisis.
* Motivasi keluar dari krisis.
“Ketika kita hidup pada jaman yang sulit, mencoba bertahan dengan sulit, bernafas dengan sulit, mempercayai dengan sulit, memecahkan masalah dengan sulit, mendidik dan belajar dengan sulit, maka ketika itu manusia akan kehilangan identitasnya dan berjalan tak tentu arah. Dari sini harus ada pembentukan yang istimewa untuk menyelamatkannya dari kehidupan yang sulit”.
Bencana!
Ketika kita membahas tentang “Mencetak Seorang Pemimpin”, kita harus membahas sampel yang kita kehendaki menjadi pemimpin, sampel yang akan kita bicarakan adalah manusia. Manusia yang dalam sebagian besar waktunya hidup dalam perputaran konflik, begitu selesai dari satu konflik maka dia akan terjatuh dalam konflik yang lain.
Di antara bencana tersebut, yang pertama adalah hilangnya tujuan. Banyak kaum muslimin sekarang hidup tanpa menyadari bahwa mereka memiliki tujuan mulia yang harus mereka raih. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer menjadi kesibukan utama mereka. Berhasil memiliki rumah untuk tempat bernaung dirinya dan keluarganya dianggap sebagai kemenangan yang hebat dalam peperangan dunia yang sengit ini. Hal ini menjadikan kebanyakan orang terjatuh dalam tekanan keadaan dan tuntutan-tuntutan hidup. Hal-hal yang sifatnya sekunder berubah menjadi suatu yang primer.
Ketika manusia kehilangan perasaan harga dirinya, dia menjadi kacau dan tanpa arah. Mengejar sesuatu yang dia tidak tahu nilainya dan dia tidak tahu akhir tujuannya. Lalu dia melantunkan syair ajimat berikut:
Aku tidak tahu datang dari mana, namun aku datang
Aku melihat didepanku ada jalan, maka aku berjalan
dan aku akan terus berjalan baik suka atau tidak
Bagaimana aku datang? Dan bagaimana aku melihat jalanku? Aku benar-benar tidak tahu.
Kekosongan Jiwa
Kedua: kesadaran kita terhadap “kewajiban” yang karenanya kita diciptakan semakin lemah. Anda bisa menemukan perilaku kehidupan kita sehari-sehari dilakukan dengan jiwa yang kosong. Kebanyakan manusia menggantikan kekurangan ini dengan menambah tingkat konsumtifnya, hidup boros, royal dan bermewah-mewahan. Ditambah dengan keinginan yang besar untuk menumpuk harta dengan membeli apartemen, vila dan mobil-mobil mewah.
Di banyak negara-negara Islam, seorang pegawai berpenghasilan menengah, harus menabung semua gaji yang dia dapat selama dua puluh tahun sampai dia bisa memiliki rumah yang layak untuk keluarganya! Bagaimana jika kita ketahui bahwa gajinya tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan yang lain mengatasinya dengan berhutang?!
Inti Permasalahan
Ketiga: inti permasalahan yang senantiasa dihadapi oleh banyak pemuda adalah masalah “pengangguran” yang merata di sebagian besar negara-negara islam. Permasalahan pengangguran semakin komplek dan bertambah banyak jumlahnya. Dimana tingkat pertumbuhan ekonomi turun dan sulitnya mencari pekerjaan dengan gaji yang layak. Bahkan seorang peneliti ada yang berkata: “Sesungguhnya terdapat generasi-generasi yang dilahirkan, hidup, tumbuh kemudian mati dengan tanpa mendapatkan pekerjaan yang layak”.
Di Amerika dan Jepang terdapat 35 juta pengangguran, jumlah ini sebanding dengan 12% dari sumber tenaga kerja, namun berkat kekuatan perekonomian, banyaknya sumber pemasukan dan pajak yang didapatkan oleh negara, memungkinkannya untuk memberikan tunjangan sosial bagi para pengangguran dan menjaga mereka supaya tidak menjadi pengemis atau hidup menyimpang. Pengaruh pengangguran tidak terbatas pada kehilangan seseorang terhadap sumber pendapatannya, namun juga akan menimbulkan pengaruh-pengaruh kejiwaan, perilaku dan sosial yang berbahaya.
Setelah Penjelasan Singkat Ini
Inilah bencana manusia atau baru sebagiannya saja. Pembentukan seperti apakah yang cocok untuk sampel seperti ini. Apakah setelah ini anda meminta kepada kami dengan “Mencetak Seorang Pemimpin”? Maka kami katakan dengan penuh keyakinan: “Bahwa kita sekarang sangat membutuhkan kepada “Mencetak Seorang Pemimpin” dari waktu-waktu sebelumnya. Kita akan ajarkan kepada manusia harga diri mereka dan juga nilai-nilai yang luhur dan tinggi:
Kita adalah pewaris petunjuk bagi umat manusia
Kita adalah rahasia kebenaran yang terpendam
Matahari masih terus memancarkan cahaya kita
Petir dan kilat muncul dibalik awan kita
Dzat kita adalah cermin yang memantulkan cahaya kebenaran
Tanda kebenaran itu adalah: adanya seorang muslim
Kita akan ajarkan kepada calon pempimpin bahwa dia adalah ilmuwan besar, hidup bebas dibawah penyembahan penciptanya saja, sehingga dia bisa terbang meninggalkan harta benda dan bernyanyi apa saja yang dia mau, karena burung tidak akan bernyanyi dalam sangkar.
Kita akan ajarkan kepadanya bagaimana mengucapkan dengan suara yang merdu: Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
Ketika itulah, prinsipnya tidak bisa ditawar-tawar hingga akhirnya dia bisa duduk dalam puncak para pencipta kejayaan. Kita ajarkan kepadanya: “Bahwa engkau memiliki satu tubuh maka hargailah, satu akal maka pandaikanlah dan satu kehidupan maka jalanilah”.
Tertawaan Zaman
Sesungguhnya mencetak orang-orang yang berbakat dan menemukan orang-orang yang jenius pada hari ini, menurut kebanyakan orang adalah seperti lomba lari dengan menggunakan sepatu dari semen. Mungkin ini adalah anekdot, namun keadaan mereka mengatakan sebagaimana dikatakan oleh DR. Abdurrahman al-Isymawi:
Kita tidak pernah melihat matahari pada malam hari
atau rembulan di siang bolong
Kita tidak pernah melihat matahari tenggelam di Timur
atau melihat tangan kiri di bahu kanan
Ah... sebagian kita masih ada yang memakaikan bajunya Umar kepada Zaid
dan kita melihat kera sebagai kijang
Di tengah-tengah kontradiksi dan kekonyolan ini, kita melupakan bahwa sebenarnya kita memiliki sumber daya yang sangat potensial, terwujud dalam manusia yang berideologi, memiliki prinsip-prinsip islamiah yang bersih, namun hilang ditengah-tengah pertentangan dan perjuangan kehidupan. Dia tidak mampu membawa diri akhirnya tersesat dalam hiruk-pikuknya kehidupan dan hilang ketika dibutuhkan.
Pengumuman
Sampai disini kita mengumumkan:
Kepada umat yang luka, yang menderita terhadap kekejaman musuh dan kedzaliman para teman. Kepada umat Islam yang menanti datangnya fajar dari balik cakrawala. Kepada umat Islam yang menantikan dalam dirinya harapan yang besar dari Allah. Kepada umat Islam semua... kami persembahkan “Mencetak Seorang Pemimpin”.
Dalam materi ini anda akan mengenal:
* Bencana!
* Posisi pemimpin.
* Urgensi kepemimpinan.
* 4 krisis.
* Motivasi keluar dari krisis.
“Ketika kita hidup pada jaman yang sulit, mencoba bertahan dengan sulit, bernafas dengan sulit, mempercayai dengan sulit, memecahkan masalah dengan sulit, mendidik dan belajar dengan sulit, maka ketika itu manusia akan kehilangan identitasnya dan berjalan tak tentu arah. Dari sini harus ada pembentukan yang istimewa untuk menyelamatkannya dari kehidupan yang sulit”.
Bencana!
Ketika kita membahas tentang “Mencetak Seorang Pemimpin”, kita harus membahas sampel yang kita kehendaki menjadi pemimpin, sampel yang akan kita bicarakan adalah manusia. Manusia yang dalam sebagian besar waktunya hidup dalam perputaran konflik, begitu selesai dari satu konflik maka dia akan terjatuh dalam konflik yang lain.
Di antara bencana tersebut, yang pertama adalah hilangnya tujuan. Banyak kaum muslimin sekarang hidup tanpa menyadari bahwa mereka memiliki tujuan mulia yang harus mereka raih. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer menjadi kesibukan utama mereka. Berhasil memiliki rumah untuk tempat bernaung dirinya dan keluarganya dianggap sebagai kemenangan yang hebat dalam peperangan dunia yang sengit ini. Hal ini menjadikan kebanyakan orang terjatuh dalam tekanan keadaan dan tuntutan-tuntutan hidup. Hal-hal yang sifatnya sekunder berubah menjadi suatu yang primer.
Ketika manusia kehilangan perasaan harga dirinya, dia menjadi kacau dan tanpa arah. Mengejar sesuatu yang dia tidak tahu nilainya dan dia tidak tahu akhir tujuannya. Lalu dia melantunkan syair ajimat berikut:
Aku tidak tahu datang dari mana, namun aku datang
Aku melihat didepanku ada jalan, maka aku berjalan
dan aku akan terus berjalan baik suka atau tidak
Bagaimana aku datang? Dan bagaimana aku melihat jalanku? Aku benar-benar tidak tahu.
Kekosongan Jiwa
Kedua: kesadaran kita terhadap “kewajiban” yang karenanya kita diciptakan semakin lemah. Anda bisa menemukan perilaku kehidupan kita sehari-sehari dilakukan dengan jiwa yang kosong. Kebanyakan manusia menggantikan kekurangan ini dengan menambah tingkat konsumtifnya, hidup boros, royal dan bermewah-mewahan. Ditambah dengan keinginan yang besar untuk menumpuk harta dengan membeli apartemen, vila dan mobil-mobil mewah.
Di banyak negara-negara Islam, seorang pegawai berpenghasilan menengah, harus menabung semua gaji yang dia dapat selama dua puluh tahun sampai dia bisa memiliki rumah yang layak untuk keluarganya! Bagaimana jika kita ketahui bahwa gajinya tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan yang lain mengatasinya dengan berhutang?!
Inti Permasalahan
Ketiga: inti permasalahan yang senantiasa dihadapi oleh banyak pemuda adalah masalah “pengangguran” yang merata di sebagian besar negara-negara islam. Permasalahan pengangguran semakin komplek dan bertambah banyak jumlahnya. Dimana tingkat pertumbuhan ekonomi turun dan sulitnya mencari pekerjaan dengan gaji yang layak. Bahkan seorang peneliti ada yang berkata: “Sesungguhnya terdapat generasi-generasi yang dilahirkan, hidup, tumbuh kemudian mati dengan tanpa mendapatkan pekerjaan yang layak”.
Di Amerika dan Jepang terdapat 35 juta pengangguran, jumlah ini sebanding dengan 12% dari sumber tenaga kerja, namun berkat kekuatan perekonomian, banyaknya sumber pemasukan dan pajak yang didapatkan oleh negara, memungkinkannya untuk memberikan tunjangan sosial bagi para pengangguran dan menjaga mereka supaya tidak menjadi pengemis atau hidup menyimpang. Pengaruh pengangguran tidak terbatas pada kehilangan seseorang terhadap sumber pendapatannya, namun juga akan menimbulkan pengaruh-pengaruh kejiwaan, perilaku dan sosial yang berbahaya.
Setelah Penjelasan Singkat Ini
Inilah bencana manusia atau baru sebagiannya saja. Pembentukan seperti apakah yang cocok untuk sampel seperti ini. Apakah setelah ini anda meminta kepada kami dengan “Mencetak Seorang Pemimpin”? Maka kami katakan dengan penuh keyakinan: “Bahwa kita sekarang sangat membutuhkan kepada “Mencetak Seorang Pemimpin” dari waktu-waktu sebelumnya. Kita akan ajarkan kepada manusia harga diri mereka dan juga nilai-nilai yang luhur dan tinggi:
Kita adalah pewaris petunjuk bagi umat manusia
Kita adalah rahasia kebenaran yang terpendam
Matahari masih terus memancarkan cahaya kita
Petir dan kilat muncul dibalik awan kita
Dzat kita adalah cermin yang memantulkan cahaya kebenaran
Tanda kebenaran itu adalah: adanya seorang muslim
Kita akan ajarkan kepada calon pempimpin bahwa dia adalah ilmuwan besar, hidup bebas dibawah penyembahan penciptanya saja, sehingga dia bisa terbang meninggalkan harta benda dan bernyanyi apa saja yang dia mau, karena burung tidak akan bernyanyi dalam sangkar.
Kita akan ajarkan kepadanya bagaimana mengucapkan dengan suara yang merdu: Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
Ketika itulah, prinsipnya tidak bisa ditawar-tawar hingga akhirnya dia bisa duduk dalam puncak para pencipta kejayaan. Kita ajarkan kepadanya: “Bahwa engkau memiliki satu tubuh maka hargailah, satu akal maka pandaikanlah dan satu kehidupan maka jalanilah”.
Tertawaan Zaman
Sesungguhnya mencetak orang-orang yang berbakat dan menemukan orang-orang yang jenius pada hari ini, menurut kebanyakan orang adalah seperti lomba lari dengan menggunakan sepatu dari semen. Mungkin ini adalah anekdot, namun keadaan mereka mengatakan sebagaimana dikatakan oleh DR. Abdurrahman al-Isymawi:
Kita tidak pernah melihat matahari pada malam hari
atau rembulan di siang bolong
Kita tidak pernah melihat matahari tenggelam di Timur
atau melihat tangan kiri di bahu kanan
Ah... sebagian kita masih ada yang memakaikan bajunya Umar kepada Zaid
dan kita melihat kera sebagai kijang
Di tengah-tengah kontradiksi dan kekonyolan ini, kita melupakan bahwa sebenarnya kita memiliki sumber daya yang sangat potensial, terwujud dalam manusia yang berideologi, memiliki prinsip-prinsip islamiah yang bersih, namun hilang ditengah-tengah pertentangan dan perjuangan kehidupan. Dia tidak mampu membawa diri akhirnya tersesat dalam hiruk-pikuknya kehidupan dan hilang ketika dibutuhkan.
Pengumuman
Sampai disini kita mengumumkan:
Kepada umat yang luka, yang menderita terhadap kekejaman musuh dan kedzaliman para teman. Kepada umat Islam yang menanti datangnya fajar dari balik cakrawala. Kepada umat Islam yang menantikan dalam dirinya harapan yang besar dari Allah. Kepada umat Islam semua... kami persembahkan “Mencetak Seorang Pemimpin”.