SEBUAH MITOS: MALU ADALAH KARAKTER TURUNAN ?
Jadi hingga sekarang, bagaimana kamu menilai dirimu sendiri? Apakah kamu seorang pemalu? Apakah kamu seseorang yang mudah ragu? Banyak orang yang memberikan label pada dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sebuah label jika kamu akui terus-menerus akan menjadi afirmasi negative. Untuk itu jika kamu bergaul dengan orang yang satu spesies dengn kamu, maka label itu akan tetap melekat padamu.
Meyakini bahwa orangtua yang pemalu adalah sebagai penyebab penyakit malu yang kini kamu derita adalah hal yang tidak masuk akal. Setiap orang tidak akan malu secara otomatis saat mereka dilahirkan. Apakah kamu malu saat kamu dilahirkan telanjang? Tidak kan? Jadi malu bukanlah penyakit turunan. Seseorang menjadi pemalu karena mereka terbiasa dan bertindak dengan cara yang mereka yakini. Seorang anak secara tak sadar meniru kebiasaan orangtuanya. Saat pertama kali jatuh cinta saya juga pernah malu kalau ketemu cewek yang saya taksir. Dan hingga menjelang Lulus SMA saya tetap merasa malu bila bertemu cewek yang saya taksir. Dalam pikiran saya, saya takut dia tidak menyukai saya, dan hal itu muncul dengan pertanyaan dalam batin saya“ bagaimana kalau dia menolak saya? Apa kata dunia nanti?”
Perasaan negative itu semakin menjadi-jadi dan ketakutan yang mendalam itu melumpuhkan pikiran saya, membuat saya semakin lemah dan tidak pernah take action sama sekali. Dalam benak saya sangat takut kehilangan dia. Malu bukanlah karakter personal yang diturunkan, malu hanyalah kebiasaan seseorang dalam merespons sesuatu. Jika kamu dapat memilih identitasmu, jika kamu dapat memilih cara memandang dirimu, akankah kamu memilih melabeli diri dengan sebutan pemalu? Sebagai orang yang kurang percaya diri? Sebagai orang yang peragu dan introvert?
Tentu tidak dan sialnya masih banyak orang memahami bahwa malu adalah karakter; dengan bangga menyebut dirinya sebagai seorang yang pemalu atau kurang percaya diri. Oleh Karena itu sangat penting untuk menghindari kata malu. Lebih buruk lagi menganggap malu itu sebagai penyakit turunan. Sangat sedikit orang yang menyadari bahwa kita sebenarnya bisa membiasakan diri untuk percaya diri. Jika kamu bisa percaya diri kamu akan merasa lebih baik, dan perubahan radikal akan terjadi pada dirimu. Percaya diri itu menular dan dapat ditularkan. Kamu yang masih malu pun bisa membiasakan diri untuk percaya diri. Dengan membiasakan diri kamu akan memiliki hidup yang lebih baik. Dan kamu akan mengalami transformasi personal yang maha dahsyat.
Tubuh dan pikiran adalah bagian dari sistem cybernetika. Ini berarti kondisi fisik dapat mempengaruhi pikiran, dan pikiran dapat mempengaruhi tubuh. Misalnya, mungkin kamu pernah menahan kentut di dalam kelas, karena waktu itu sedang ada ujian, dan tidak diperkenankan keluar, kamu menahannya; dan gara-gara menahan kentut itu, kamu tidak bisa konsentrasi mengerjakan soal ujian. Jika kamu adalah seorang yang ingin menjadi percaya diri, jawablah pertanyaan saya sebagai berikut:
1. Bagaimana caranya tampil beda mulai sekarang?
2. Bagaimana cara mempelajari body language mulai sekarang?
3. Bagaimana cara memperlakukan diri ?
4. Bagaimana cara kamu memperlakukan orang lain?
Jika kamu berpikir dan mengadopsi gesture seorang pemalu, maka pikiran dan tubuhmu akan membuatmu merasa malu. Bahasa tubuh orang yang percaya diri dan malu sangat jauh berbeda.
Jadi hingga sekarang, bagaimana kamu menilai dirimu sendiri? Apakah kamu seorang pemalu? Apakah kamu seseorang yang mudah ragu? Banyak orang yang memberikan label pada dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sebuah label jika kamu akui terus-menerus akan menjadi afirmasi negative. Untuk itu jika kamu bergaul dengan orang yang satu spesies dengn kamu, maka label itu akan tetap melekat padamu.
Meyakini bahwa orangtua yang pemalu adalah sebagai penyebab penyakit malu yang kini kamu derita adalah hal yang tidak masuk akal. Setiap orang tidak akan malu secara otomatis saat mereka dilahirkan. Apakah kamu malu saat kamu dilahirkan telanjang? Tidak kan? Jadi malu bukanlah penyakit turunan. Seseorang menjadi pemalu karena mereka terbiasa dan bertindak dengan cara yang mereka yakini. Seorang anak secara tak sadar meniru kebiasaan orangtuanya. Saat pertama kali jatuh cinta saya juga pernah malu kalau ketemu cewek yang saya taksir. Dan hingga menjelang Lulus SMA saya tetap merasa malu bila bertemu cewek yang saya taksir. Dalam pikiran saya, saya takut dia tidak menyukai saya, dan hal itu muncul dengan pertanyaan dalam batin saya“ bagaimana kalau dia menolak saya? Apa kata dunia nanti?”
Perasaan negative itu semakin menjadi-jadi dan ketakutan yang mendalam itu melumpuhkan pikiran saya, membuat saya semakin lemah dan tidak pernah take action sama sekali. Dalam benak saya sangat takut kehilangan dia. Malu bukanlah karakter personal yang diturunkan, malu hanyalah kebiasaan seseorang dalam merespons sesuatu. Jika kamu dapat memilih identitasmu, jika kamu dapat memilih cara memandang dirimu, akankah kamu memilih melabeli diri dengan sebutan pemalu? Sebagai orang yang kurang percaya diri? Sebagai orang yang peragu dan introvert?
Tentu tidak dan sialnya masih banyak orang memahami bahwa malu adalah karakter; dengan bangga menyebut dirinya sebagai seorang yang pemalu atau kurang percaya diri. Oleh Karena itu sangat penting untuk menghindari kata malu. Lebih buruk lagi menganggap malu itu sebagai penyakit turunan. Sangat sedikit orang yang menyadari bahwa kita sebenarnya bisa membiasakan diri untuk percaya diri. Jika kamu bisa percaya diri kamu akan merasa lebih baik, dan perubahan radikal akan terjadi pada dirimu. Percaya diri itu menular dan dapat ditularkan. Kamu yang masih malu pun bisa membiasakan diri untuk percaya diri. Dengan membiasakan diri kamu akan memiliki hidup yang lebih baik. Dan kamu akan mengalami transformasi personal yang maha dahsyat.
Tubuh dan pikiran adalah bagian dari sistem cybernetika. Ini berarti kondisi fisik dapat mempengaruhi pikiran, dan pikiran dapat mempengaruhi tubuh. Misalnya, mungkin kamu pernah menahan kentut di dalam kelas, karena waktu itu sedang ada ujian, dan tidak diperkenankan keluar, kamu menahannya; dan gara-gara menahan kentut itu, kamu tidak bisa konsentrasi mengerjakan soal ujian. Jika kamu adalah seorang yang ingin menjadi percaya diri, jawablah pertanyaan saya sebagai berikut:
1. Bagaimana caranya tampil beda mulai sekarang?
2. Bagaimana cara mempelajari body language mulai sekarang?
3. Bagaimana cara memperlakukan diri ?
4. Bagaimana cara kamu memperlakukan orang lain?
Jika kamu berpikir dan mengadopsi gesture seorang pemalu, maka pikiran dan tubuhmu akan membuatmu merasa malu. Bahasa tubuh orang yang percaya diri dan malu sangat jauh berbeda.
Terakhir diubah oleh admin tanggal Fri May 18, 2012 5:44 pm, total 1 kali diubah