ANDA, SUKSES & NASIB
Nasib atau takdir, yakni sesuatu keputusan atas jalan (skenario) hidup yang tidak bisa dikuasai oleh diri seorang manusia, melainkan sepertinya terjadi atas kehendak kuasa lain di luar diri seseorang tersebut. Takdir sifatnya tidak bisa diubah, atau sudah menjadi keputusan final ilahi, sedangkan nasib masih bisa berubah atau diubah oleh individu manusia sendiri. Nasib itu adalah perpaduan dan sinergi antar faktor-faktor seperti: harapan, kemauan, kepercayaan, perjuangan, dan kesempatan. Salah satu dan/atau kombinasi ada atau tidak adanya faktor-faktor di atas akan mempengaruhi—bahkan menentukan—kualitas dan nilai kehidupan seseorang. Faktor dominan yang menjadikan seseorang sukses dalam hidup memang berawal dari adanya harapan, atau tujuan hidup yang relatif besar dibandingkan dengan kualitas dan nilai kehidupan sebelumnya.
Dari adanya harapan itu, timbul kemauan untuk mewujudkannya. Jika individu tersebut percaya bahwa ia mampu Meraih cita-citanya itu, ia akan berjuang—baik mengumpulkan informasi berupa pengetahuan ataupun sumber dana atau sumber daya lainnya—agar harapannya terwujud. Jika belum ada kesempatan, konsistensi dari perjuangan itu akan dipengaruhi oleh faktor seberapa besar kepercayaan individu tersebut bahwa suatu hari harapannya akan terkabul. Jika kepercayaannya tetap besar, dan ia tetap konsisten memperjuangkannya, bisa saja suatu hari kelak—cepat atau lambat—kesempatan akan terbuka. Kesempatan itu netral—artinya, tidak berpihak kepada siapa dan apa pun serta tidak berpribadi—atau apakah yang namanya kesempatan itu adalah predeterministik, artinya berkaitan dengan "Faktor X" atau "Faktor Tuhan" yang bersifat fatalis, yakni adanya skenario takdir yang menentukan sejarah kehidupan dari A sampai Z tanpa bisa diganggu gugat oleh individu manusia. Mudahnya: Jika 'takdir' seseorang itu harus gagal atau bangkrut dalam usahanya, apa pun juga yang dilakukannya, maka hasil akhirnya adalah kebangkrutan.
Perjuangan yang bagaimanapun hebatnya tidak akan mampu membuka atau menciptakan kesempatan, sehingga berakhir hidupnya di kesempitan! Sebaliknya, sekalipun seseorang tidak berjuang—bahkan mungkin ada yang tidak berpengharapan atau bercita-cita apa pun—jika 'nasib' menentukan dirinya menjadi kaya dan atau terhormat, maka entah bagaimana, segala macam kesempatan yang luar biasa dan tidak pernah sekalipun terlintas di dalam benaknya atau di sejarah keluarganya, bisa saja datang dan melimpahi hidupnya.
Ada kenyataan bahwa sangat banyak orang yang sama sekali belum pernah tahu apakah yang namanya cita-cita hidup. Mereka hidup tapi tidak tahu untuk apa mereka hidup, mau jadi apa di masa depan kehidupan mereka, dan bagaimana mereka bisa mencapai semua itu. Mereka bangun tidur, melakukan aktivitas rutin, dan malam hari tidur lagi, demikian terus dan seterusnya, dari dulu sampai kelak, tidak ada perubahan perilaku Maupun kualitas kehidupan yang berarti, sampai mereka meninggal dunia, tamat. Kehidupan yang seperti itu hanya sekadar berada (exist)—lahir, makan, kerja rutin, tidur; balita, remaja, dewasa, menikah, melahirkan, membesarkan anak, manula, mati—tidak berbeda dengan kehidupan hewan. Ada individu yang lebih senang dengan kehidupan model ala kadarnya, karena lebih tenteram dan sedikit gejolak. Ada individu yang gemar tantangan, serta menikmati gejolak romantika kehidupan demi obsesi mencapai tujuan besar tertentu dalam kehidupannya. Adapun mengenai "Faktor Kesempatan", ADALAH sesuatu yang lebih dominan dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni yang melibatkan pihak lain, baik itu berupa manusia lain, hukum manusia, hukum alam, sumber daya, dan sebagainya, yang celakanya tidak banyak yang bisa kita kuasai atau kendalikan dengan kekuatan individu manusia sendiri. Kita manusia bisa mengatur kehidupan kita secara relatif independen sampai pada faktor harapan, kemauan, kepercayaan, perjuangan, karena kebanyakan hanya terkait dengan faktor internal individu, atau dalam hal ini hanya melibatkan faktor "pengetahuan dan kemauan".
Kalau individu bisa dan mau, biasanya ia bisa melakukannya; atau yang bisa kita namakan sebagai "kategori satu". Namun untuk faktor kesempatan, yang bisa kita namakan sebagai "kategori dua", kita tidak banyak bisa berperan apalagi memastikan hasilnya, karena terkait dengan faktor eksternal yaitu banyak pihak lain yang tidak kita ketahui siapa, apa, di mana, bilamana, bagaimana, bahkan mengapanya. Karena itu, apa saja yang diajarkan oleh para pakar (positive thinker, public motivator, hipnotisme, atau teknik apa saja) untuk 'mengubah nasib' seseorang, itu semua hanya bisa mengubah keadaan pada "kategori satu".
Misalnya: Bagaimana berhenti kebiasaan merokok, atau menurunkan berat badan, atau teknik meningkatkan kepercayaan dan citra diri, dan sejenisnya. Itu semua relatif mudah. Asal anda tahu apa persoalannya, bagaimana cara mengatasinya, dan anda percaya kepadanya, serta berani membayar harganya yakni berjuang untuk mewujudkannya, anda pasti berhasil! Mengapa? Karena 'faktor satu' tidak melibatkan pihak eksternal, melainkan hanya faktor internal diri anda sendiri. Jika anda berhasil, itu karena anda memang telah melakukan hal yang benar secara benar. Namun jika anda gagal, maka itu karena anda kurang tahu, atau kurang mau, atau melakukannya secara tidak tepat. Kegagalan anda adalah karena kelemahan atau kesalahan diri anda sendiri, tidak ada urusannya dengan pihak mana pun juga! Nah, untuk "kategori dua" yakni tema yang berkaitan dengan "Sukses dan Kaya" misalnya, semua itu tidak ada formula suksesnya. Yang ada hanyalah pedoman, rencana, strategi, program, dengan persyaratan tertentu. Jangan mudah diperdaya oleh teori atau guru manapun yang mengajarkan bahwa "hanya dengan kemauan atau kekuatan pikiran atau kepercayaan yang kuat akan kesuksesan dan kekayaan, maka anda akan sukses dan kaya!" Itu omong kosong. Yang benar adalah "dengan kemauan atau kekuatan pikiran atau kepercayaan yang kuat akan kesuksesan dan kekayaan" anda akan lebih mudah dan lebih cepat mencapai kesuksesan itu dibandingkan jika anda tidak/kurang percaya, namun tidak pasti atau tidak mutlak begitu.
Belum ada satu formula sukses yang bisa menjamin seseorang pasti sukses menciptakan atau mengubah "Faktor Kesempatan" atau "kategori dua". Sampai saat ini, yang bisa kita lakukan adalah mencoba, berusaha, atau mempengaruhi, agar "Faktor Kesempatan" berpihak kepada kita, atau minimal tidak melawan kita, namun basil akhirnya tetap: "Walahualam".
Jika anda pemalas, atau pesimis, mungkin anda memilih tidur saja dan menunggu nasib baik. Kita tetap perlu bertujuan hidup yang besar dan mulia, tetap perlu berkemauan dan berkepercayaan yang kuat bahwa hal itu bisa terwujud, serta harus terus berjuang mengupayakan realisasinya tanpa mengenal kata menyerah. Jika kita tidak menabur jelas sekali bahwa kita tidak akan bisa menuai secara wajar. Memang, tanpa menabur, ada kemungkinan anda bisa menuai, tapi tidak secara wajar—misalnya karena anda mendapat hibah atau menjarah milik orang lain. Sebaliknya, jika kita menabur, berapa pun persentasenya, kita mempunyai harapan bahwa suatu hari—cepat atau lambat—kita akan menuai. Apalagi menurut the law of average atau Probability Theory, semakin banyak dan semakin sering kita menabur, maka akan semakin banyak kemungkinan kita untuk menuai hasil taburan kita. "nasib baik" atau "nasib buruk" itu bisa dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan dan wawasan anda beserta unsur kehati-hatian (prudence), dan bukan oleh takhayul. Sebagai contoh, dalam bisnis anda akan lebih bisa menghindari "nasib buruk" yaitu kebangkrutan usaha dan memperlancar datangnya "nasib baik" berupa kesuksesan usaha, jika anda mempunyai keterampilan dan wawasan luas dalam membuat business plan sebelum memperkenalkan suatu produk atau unit usaha, dibandingkan jika anda memulai suatu usaha hanya berdasarkan naluri dan perkiraan saja. Dengan adanya perencanaan dan kehati-hatian, anda pun akan lebih mudah mendapat pendanaan dari bank atau investor, karena anda dinilai lebih profesional dan lebih prospektif, dibandingkan orang yang kurang pengetahuan dan kurang hati-hati.
Nasib atau takdir, yakni sesuatu keputusan atas jalan (skenario) hidup yang tidak bisa dikuasai oleh diri seorang manusia, melainkan sepertinya terjadi atas kehendak kuasa lain di luar diri seseorang tersebut. Takdir sifatnya tidak bisa diubah, atau sudah menjadi keputusan final ilahi, sedangkan nasib masih bisa berubah atau diubah oleh individu manusia sendiri. Nasib itu adalah perpaduan dan sinergi antar faktor-faktor seperti: harapan, kemauan, kepercayaan, perjuangan, dan kesempatan. Salah satu dan/atau kombinasi ada atau tidak adanya faktor-faktor di atas akan mempengaruhi—bahkan menentukan—kualitas dan nilai kehidupan seseorang. Faktor dominan yang menjadikan seseorang sukses dalam hidup memang berawal dari adanya harapan, atau tujuan hidup yang relatif besar dibandingkan dengan kualitas dan nilai kehidupan sebelumnya.
Dari adanya harapan itu, timbul kemauan untuk mewujudkannya. Jika individu tersebut percaya bahwa ia mampu Meraih cita-citanya itu, ia akan berjuang—baik mengumpulkan informasi berupa pengetahuan ataupun sumber dana atau sumber daya lainnya—agar harapannya terwujud. Jika belum ada kesempatan, konsistensi dari perjuangan itu akan dipengaruhi oleh faktor seberapa besar kepercayaan individu tersebut bahwa suatu hari harapannya akan terkabul. Jika kepercayaannya tetap besar, dan ia tetap konsisten memperjuangkannya, bisa saja suatu hari kelak—cepat atau lambat—kesempatan akan terbuka. Kesempatan itu netral—artinya, tidak berpihak kepada siapa dan apa pun serta tidak berpribadi—atau apakah yang namanya kesempatan itu adalah predeterministik, artinya berkaitan dengan "Faktor X" atau "Faktor Tuhan" yang bersifat fatalis, yakni adanya skenario takdir yang menentukan sejarah kehidupan dari A sampai Z tanpa bisa diganggu gugat oleh individu manusia. Mudahnya: Jika 'takdir' seseorang itu harus gagal atau bangkrut dalam usahanya, apa pun juga yang dilakukannya, maka hasil akhirnya adalah kebangkrutan.
Perjuangan yang bagaimanapun hebatnya tidak akan mampu membuka atau menciptakan kesempatan, sehingga berakhir hidupnya di kesempitan! Sebaliknya, sekalipun seseorang tidak berjuang—bahkan mungkin ada yang tidak berpengharapan atau bercita-cita apa pun—jika 'nasib' menentukan dirinya menjadi kaya dan atau terhormat, maka entah bagaimana, segala macam kesempatan yang luar biasa dan tidak pernah sekalipun terlintas di dalam benaknya atau di sejarah keluarganya, bisa saja datang dan melimpahi hidupnya.
Ada kenyataan bahwa sangat banyak orang yang sama sekali belum pernah tahu apakah yang namanya cita-cita hidup. Mereka hidup tapi tidak tahu untuk apa mereka hidup, mau jadi apa di masa depan kehidupan mereka, dan bagaimana mereka bisa mencapai semua itu. Mereka bangun tidur, melakukan aktivitas rutin, dan malam hari tidur lagi, demikian terus dan seterusnya, dari dulu sampai kelak, tidak ada perubahan perilaku Maupun kualitas kehidupan yang berarti, sampai mereka meninggal dunia, tamat. Kehidupan yang seperti itu hanya sekadar berada (exist)—lahir, makan, kerja rutin, tidur; balita, remaja, dewasa, menikah, melahirkan, membesarkan anak, manula, mati—tidak berbeda dengan kehidupan hewan. Ada individu yang lebih senang dengan kehidupan model ala kadarnya, karena lebih tenteram dan sedikit gejolak. Ada individu yang gemar tantangan, serta menikmati gejolak romantika kehidupan demi obsesi mencapai tujuan besar tertentu dalam kehidupannya. Adapun mengenai "Faktor Kesempatan", ADALAH sesuatu yang lebih dominan dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni yang melibatkan pihak lain, baik itu berupa manusia lain, hukum manusia, hukum alam, sumber daya, dan sebagainya, yang celakanya tidak banyak yang bisa kita kuasai atau kendalikan dengan kekuatan individu manusia sendiri. Kita manusia bisa mengatur kehidupan kita secara relatif independen sampai pada faktor harapan, kemauan, kepercayaan, perjuangan, karena kebanyakan hanya terkait dengan faktor internal individu, atau dalam hal ini hanya melibatkan faktor "pengetahuan dan kemauan".
Kalau individu bisa dan mau, biasanya ia bisa melakukannya; atau yang bisa kita namakan sebagai "kategori satu". Namun untuk faktor kesempatan, yang bisa kita namakan sebagai "kategori dua", kita tidak banyak bisa berperan apalagi memastikan hasilnya, karena terkait dengan faktor eksternal yaitu banyak pihak lain yang tidak kita ketahui siapa, apa, di mana, bilamana, bagaimana, bahkan mengapanya. Karena itu, apa saja yang diajarkan oleh para pakar (positive thinker, public motivator, hipnotisme, atau teknik apa saja) untuk 'mengubah nasib' seseorang, itu semua hanya bisa mengubah keadaan pada "kategori satu".
Misalnya: Bagaimana berhenti kebiasaan merokok, atau menurunkan berat badan, atau teknik meningkatkan kepercayaan dan citra diri, dan sejenisnya. Itu semua relatif mudah. Asal anda tahu apa persoalannya, bagaimana cara mengatasinya, dan anda percaya kepadanya, serta berani membayar harganya yakni berjuang untuk mewujudkannya, anda pasti berhasil! Mengapa? Karena 'faktor satu' tidak melibatkan pihak eksternal, melainkan hanya faktor internal diri anda sendiri. Jika anda berhasil, itu karena anda memang telah melakukan hal yang benar secara benar. Namun jika anda gagal, maka itu karena anda kurang tahu, atau kurang mau, atau melakukannya secara tidak tepat. Kegagalan anda adalah karena kelemahan atau kesalahan diri anda sendiri, tidak ada urusannya dengan pihak mana pun juga! Nah, untuk "kategori dua" yakni tema yang berkaitan dengan "Sukses dan Kaya" misalnya, semua itu tidak ada formula suksesnya. Yang ada hanyalah pedoman, rencana, strategi, program, dengan persyaratan tertentu. Jangan mudah diperdaya oleh teori atau guru manapun yang mengajarkan bahwa "hanya dengan kemauan atau kekuatan pikiran atau kepercayaan yang kuat akan kesuksesan dan kekayaan, maka anda akan sukses dan kaya!" Itu omong kosong. Yang benar adalah "dengan kemauan atau kekuatan pikiran atau kepercayaan yang kuat akan kesuksesan dan kekayaan" anda akan lebih mudah dan lebih cepat mencapai kesuksesan itu dibandingkan jika anda tidak/kurang percaya, namun tidak pasti atau tidak mutlak begitu.
Belum ada satu formula sukses yang bisa menjamin seseorang pasti sukses menciptakan atau mengubah "Faktor Kesempatan" atau "kategori dua". Sampai saat ini, yang bisa kita lakukan adalah mencoba, berusaha, atau mempengaruhi, agar "Faktor Kesempatan" berpihak kepada kita, atau minimal tidak melawan kita, namun basil akhirnya tetap: "Walahualam".
Jika anda pemalas, atau pesimis, mungkin anda memilih tidur saja dan menunggu nasib baik. Kita tetap perlu bertujuan hidup yang besar dan mulia, tetap perlu berkemauan dan berkepercayaan yang kuat bahwa hal itu bisa terwujud, serta harus terus berjuang mengupayakan realisasinya tanpa mengenal kata menyerah. Jika kita tidak menabur jelas sekali bahwa kita tidak akan bisa menuai secara wajar. Memang, tanpa menabur, ada kemungkinan anda bisa menuai, tapi tidak secara wajar—misalnya karena anda mendapat hibah atau menjarah milik orang lain. Sebaliknya, jika kita menabur, berapa pun persentasenya, kita mempunyai harapan bahwa suatu hari—cepat atau lambat—kita akan menuai. Apalagi menurut the law of average atau Probability Theory, semakin banyak dan semakin sering kita menabur, maka akan semakin banyak kemungkinan kita untuk menuai hasil taburan kita. "nasib baik" atau "nasib buruk" itu bisa dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan dan wawasan anda beserta unsur kehati-hatian (prudence), dan bukan oleh takhayul. Sebagai contoh, dalam bisnis anda akan lebih bisa menghindari "nasib buruk" yaitu kebangkrutan usaha dan memperlancar datangnya "nasib baik" berupa kesuksesan usaha, jika anda mempunyai keterampilan dan wawasan luas dalam membuat business plan sebelum memperkenalkan suatu produk atau unit usaha, dibandingkan jika anda memulai suatu usaha hanya berdasarkan naluri dan perkiraan saja. Dengan adanya perencanaan dan kehati-hatian, anda pun akan lebih mudah mendapat pendanaan dari bank atau investor, karena anda dinilai lebih profesional dan lebih prospektif, dibandingkan orang yang kurang pengetahuan dan kurang hati-hati.