Berani Gagal
Hanya orang yang berani gagal total, akan meraih keberhasilan total.
PERNYATAAN John. F. Kennedy ini saya yakini kebenarannya. Itu bukan
sekedar retorika, tetapi memang sudah terbukti dalam perjalanan hidup saya. Gagal total
itulah awal karier bisnis saya.
Pada akhir 1981, saya merasa tak puas dengan pola kuliah yang membosankan.
Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih
gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Di tahun 1982, saya
kemudian mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah
menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.
Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi
peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama
dapat membuka cabang di ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar
di Indonesia.
Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak
begitu enak untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian
yang setiap orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang
nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang sukses dari pada melihat orang yang
gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal.
Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha,
maka jangan berharap orang akan memuji Anda. Jangan berharap pula orang di sekitar
anda maupun relasi Anda akan memahami mengapa Anda gagal.
Jangan berharap Anda tidak disalahkan. Jangan berharap juga semua sahabat
masih tetap berada di sekeliling Anda. Jangan berharap Anda akan mendapat dukungan
moral dari teman yang lain. Jangan berharap pula ada orang yang akan meminjami uang
sebagai bantuan sementara. Jangan berharap bank akan memberikan pinjaman
selanjutnya.
Mengapa saya melukiskan gambaran yang begitu buruk bagi seorang entrepreneur
yang gagal? Begitulah masyarakat kita, cenderung memuji yang sukses dan menang.
Sebaliknya, menghujat yang kalah dan gagal. Kita sebaiknya mengubah budaya seperti
itu, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang pada peluang yang kedua. Menurut pengalaman saya, apabila orang gagal, maka tidak ada gunanya murung
dan memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Dan justru kita harus
lebih tertantang lagi dengan usaha yang sedang kita jalani yang mengalami kegagalan itu.
Saya sendiri lebih suka mempergunakan kegagalan atau pengalaman negatif itu untuk
menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.
Sudah tentu, kasus kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis
ekonomi kian merebak dan bertambah. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) dan kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka
atau tidak suka, setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin
penderitaan.
Bagi seorang entrepreneur, sebaiknya jangan sampai terpuruk dengan kondisi dan
suasana seperti itu. Kita harus berani menghadapi kegagalan, dan ambil saja hikmahnya
(kejadian dibalik itu). Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita,
membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita,
serta untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi
gagah, tatkala lemah. Menjadi berani ketika kita takut. Itu sebabnya mengapa saya juga
sepakat dengan pendapat Richard Gere, aktor terkemuka Hollywood, yang mengatakan
bahwa kegagalan itu penting bagi karier siapapun.
Mengapa demikian? Karena selama ini banyak orang membuat kesalahan sama,
dengan menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Justru sebaliknya, kita
seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin
akan menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan.
Ada beberapa sebab dari kegagalan itu sendiri. Pertama, kita ini sering menilai
kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh
mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu “melankolis”
dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk.
Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau atau tidak mau tahu dari mana
kita harus memulai kembali suatu usaha.
Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk
bisa mengatasinya. Bila kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan
menemui kegagalan, maka sebaiknya kia bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan
memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai
sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi
ukurlah, berapa kali ia bangkit kembali.
Berani Mencoba
Seandainya kita berani mencoba dan kita lebih tekun dan ulet, maka pasti yang
namanya kegagalan itu tak akan pernah ada.
ORANG bukannya gagal, tetapi berhenti mencoba. Ungkapan ini sengaja saya
kedepankan. Mengapa? Karena sesungguhnya seseorang untuk dapat meraih kesuksesan
dalam karier atau bisnisnya, maka orang itu harus punya keberanian mencoba.
Seorang entrepreneur - dalam situasi sesulit apa pun - akan semakin tertantang
untuk tidak berhenti mencoba. Dengan kata lain “berani mencoba” dan orang yang selalu
berani mencoba itulah yang pada akhirnya justru akan meraih kemenangan atau
kesuksesan.
Dalam bisnis, tampaknya kita perlu mengedepankan sikap seperti itu, dan saya
kira tidak ada salahnya bila kita bersikap positif semacam itu. Berdasar pengalaman, saya
melihat, bahwa seorang entrepreneur adalah orang yang tidak mudah percaya sebelum
mencobanya. Meskipun ketika mencobanya, keyakinan kita hampir padam karena pasti
akan diterpa ‘angin”. Dan ternyata, terpaan ‘angin” tersebut justru dapat membakar
semangat kewirausahaan (the spirit of entrepreneurship) kita. Nalar bisnis (sense of
business) kita semakin optimal, dan pada akhirnya, sebagai entrepreneur, kita semakin
yakin akan kesuksesan yang akan kita raih.
Tegasnya, keberhasilan dalam bisnis memang sangat ditentukan oleh semangat
kewirausahaan kita yang tinggi. Dengan demikian sikap mencoba dan mencoba terus-
menerus itu akan dilakukannya. Pada akhirnya dengan sikap kita yang “berani mencoba’
itu, akan membuat kita tidak akan mudah terpuruk dengan keputus -asaan. Apalagi sampai
menghancurkan hidup dan bisnis yang telah kita rintis lama.
Selain itu, pikiran kita juga harus tetap diformulasikan ke arah positif. Bukan
sebaliknya, suka berpikir negatif, apalagi sampai putus asa. Sikap semacam ini harus kita
buang jauh-jauh.
Jika pikiran kita tidak melihat hasil akhir, bahwa bisnis kita bakal sukses, maka
tentu kita akan kehilangan semangat kewirausahaan. Sebab, dengan kita memiliki
bayangan kesuksesan di masa depan, tentu akan dapat memotivasi kita untuk bekerja
lebih giat. Bahkan, menjadikan diri kita bersikap tidak mudah putus asa. Dalam bisnis modern, kita tidak akan dapat hidup tanpa kita mempunyai sikap
keberanian mencoba. Kita lihat saja, masih banyak orang yang gagal dalam usahanya,
yang akhirnya putus asa tanpa mampu lagi berbuat sesuatu, tanpa berani mencoba lagi.
Sikap semacam itu jelas akan merugikan kita, bukan saja dari aspek materi atau finansial
saja, tapi juga dari aspek psikologis. Oleh karena itu, walaupun di masa krisis, sebaiknya
kita harus tetap menjadi entrepreneur yang memiliki semangat kewirausahaan yang
tinggi.
Kita juga harus punya keyakinan, bahwa sesungguhnya seseorang itu tidak ada
yang gagal dalam bisnisnya. Mereka yang gagal hanyalah karena dia berhenti mencoba,
berhenti berusaha. Seandainya kita berani mencoba, dan kita lebih tekun dan ulet, maka
pasti yang namanya kegagalan itu tidak akan pernah ada. Artinya, dengan kita mau
berjerih payah dalam berusaha, tentu kita akan menuai keberhasilan.
Untuk itu, kita harus berani mencoba. Sebab, tidak satu pun di dunia ini, termasuk
di dalam dunia entrepreneur yang dapat mengantikan keberanian mencoba. Dengan bakat
bisnis? Tidak bisa. Sebab orang berbakat yang tidak berhasil meraih sukses banyak kita
jumpai. Bagaimana dengan kejeniusan seseorang? Juga tidak. Sebab kejeniusan yang
hanya dipendam saja, itu sama saja dengan omong-kosong. Tergantung pendidikannya
juga tidak. Sebab di dunia ini sudah penuh dengan pengangguran yang berijazah sarjana.
Dan ternyata, hanya dengan keberanian mencoba dan mencoba itulah yang dapat
menentukan kesuksesan bisnis kita.
Berani Merantau
Kita itu memang harus, punya keberanian merantau. Sebab, dengan keberanian
merantau, kita akan lebih bisa percaya diri dan mandiri.
BANYAK entrepreneur yang sukses karena ia merantau. Orang Tegal sukses
dengan warteg-nya di Jakarta. Begitu juga orang Wonogiri sukses menekuni usaha
sebagai penjual bakso. Orang Wonosari sukses sebagai penjual bakmi dan minuman.
Sementara orang Padang, sukses dengan bisnis masakan Padang-nya.
Bahkan, orang Cina pun banyak yang sukses ketika dia merantau keluar negeri.
Dan, tak sedikit pula, orang Jawa yang sukses sebagai transmigran di Sumatera. Juga
banyak orang dari luar Jawa yang sukses bisnisnya ketika merantau di Yogyakarta. Tapi
banyak juga orang Yogya yang sukses menjadi pengusaha atau merintis kariernya, ketika
merantau di Jakarta. Hal itu wajar terjadi, karena orang-orang tersebut memang punya
keberanian merantau. Sebenarnya, apa yang diungkapkan di atas hanyalah sekedar contoh, bahwa orang
bisa sukses sebagai entrepreneur, kalau orang tersebut memiliki keberanian merantau.
Mengapa demikian?
Menurut saya, keberanian merantau itu perlu kita miliki, karena dengan merantau
berarti kita berani meninggalkan lingkungan keluarga. Sebab, ketika kita berada di
lingkungan keluarga, meskipun kita sudah tumbuh besar atau dewasa, namun tetap
dianggap sebagai anak kecil.
Sehingga, hal itu akan membuat kita tergantung dan tidak mandiri. Akibat dari itu
sangat jelas, kita mudah patah semangat atau putus asa. Tidak berani menghadapi
tantangan atau risiko bisnis. Kita pun akan mudah tergantung pada orang lain.
Tapi beda halnya. kalau kita berani merantau. Hal itu berarti kita siap menjadi
“manusia baru”. Kita harus siap menghadapi lingkungan baru, yang barangkali tak sedikit
tantangan yang harus dihadapi. Dan, jika saat dulu kita belum tahu apa sebenarnya
kelemahan kita, maka dengan merantau hal tersebut bisa diketahui. sedikit demi sedikit
kelemahan tersebut akan kita perbaiki di tanah perantauan. Itulah sebabnya mengapa saya
yakin, keberanian merantau yang membuat kita punya jiwa kemandirian itu, akan
membuat kita lebih percaya diri dalam setiap langkah dalam bisnis maupun karier.
Jadi singkatnya, merantau itu akan membuat kita berjiwa “tahan banting”.
Katakanlah, kalau usaha kita ternyata jatuh dan gagal, kita tidak terlalu malu, toh itu
terjadi di kota lain. Dengan kata lain, berusaha di kota lain akan mengurangi beban berat,
bila dibandingkan dengan merintis bisnis di kota kita sendiri.
Selain itu, keberanian merantau ke daerah lain, akan membuat kita dapat
menyelesaikan persoalan sendiri. Bahkan, kita akan merasa tabu terhadap bantuan orang
lain. Kita ada rasa untuk tidak mau punya hutang budi pada orang lain.
Oleh karena itulah, saya berpendapat, bahwa sesungguhnya ke-mandirian itu
adalah semangat paling dasar dari kita untuk bisa meraih kesuksesan. Dan, alangkah
baiknya jika sikap mandiri semacam itu bisa kita bentuk sejak kita masih sekolah.
Maka, jika kita ingin menjadi entrepreneur yang mampu meraih sukses dan “tahan
banting”, salah satu kuncinya adalah kemandirian itu sendiri. Dan, kemandirian akan
muncul jika kita berani merantau. Buktikan sendiri.
Berani Sukses
Seberapa besar rejeki yang kita inginkan, itu sama dengan seberapa besar kita
berani mengambil resiko. HANYA segelintir entrepreneur yang dapat mencapai tangga sukses teratas tanpa
perjuangan dan pengorbanan. Resepnya, antara lain, kalau melakukan kesalahan, mereka
melupakannya dan terus bekerja, hingga akhirnya mencapai kesuksesan. Menurut saya,
kita sebagai entrepreneur harus selalu berani berpikiran sukses dan berani
mengembangkan kepercayaan diri.
Harus selalu ingat, bahwa kita adalah orang yang berpotensi dalam bisnis, yang
setiap saat harus selalu melipatgandakan kepercayaan diri, dan bisa menghilangkan
penyakit exucitis, penyakit mencari alasan. Apakah itu alasan yang berkaitan dengan
kesehatan, intelejensia atau kecerdasan, usia, dan nasib. Kita pun juga harus berani
merubah kegagalan menjadi kemenangan atau kesuksesan.
Untuk sebuah kesuksesan, dibutuhkan keberanian secara terus menerus untuk
mempelajari kemunduran bisnis kita menuju kesuksesan. Dalam bisnis, sangat wajar
kalau kita belajar dari kesuksesan yang dicapai pesaing kita. Namun yang penting,
bagaimana kita harus menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat oleh
pesaing kita itu. Kita juga harus selalu siap menghadapi perubahan-perubahan yang selalu
ada dalam kehidupan bisnis.
Upaya-upaya mencipta ide-ide terbaik yang bersifat competitive advantage saya
kira menjadi sangat penting, dan kalau perlu kita gabung-gabungkan ide-ide terbaik dari
para pesaing kita.
Dengan kata lain, sebagai seorang entrepreneur, kita pun harus senantiasa setiap
saat selalu membuka mata dan telinga terhadap suatu kesempatan atau peluang. Sebab,
disamping faktor rejeki, maka peluang itu juga menyangkut dengan faktor nasib kita. Bila
kita mampu melakukan hal itu, tidak mustahil kesuksesan akan dapat kita raih.
Saya yakin, kita semua pasti mendambakan kesuksesan. Ingin memperoleh yang
sebaik-baiknya dari perjalanan hidupnya. Tidak ada orang yang bisa mendapatkan
kenikmatan dari hidup yang terus merangkak-rangkak, kehidupan yang setengah-
setengah. Sukses berarti banyak hal yang mengagumkan dan positif. Sukses berarti
kesejahteraan pribadi: rumah bagus, keamanan di bidang keuangan dan kesempatan maju
yang maksimal, serta berguna bagi masyarakat. Sukses juga berarti memperoleh
kehormatan, kepemimpinan, dan disegani.
Dengan demikin sukses berarti self respect, merasa terhormat, terus menerus
merasa bahagia, dan merasakan kepuasan dari kehidupannya. Itu artinya, kita berhasil
berbuat lebih banyak yang bermanfaat. Dengan kata lain, sukses berarti menang! Namun sayangnya, di era globalisasi seperti sekarang ini, tidak semua entrepreneur berani
menyebutkan, bahwa dirinya telah mencapai kesuksesan.
Sebaliknya, saya justru berpendapat bahwa kita sebagai entrepreneur harus berani
menyatakan dirinya sukses. Karena dengan keberanian kita menyatakan sukses, akan
membangkitkan kepercayaan diri. Dengan kepercayaan diri yang besar itu, kita akan
lebih bersemangat untuk meraih kesuksesan. Dan saya tetap yakin, betapa pun sibuknya
entrepreneur-entrepreneur yang sukses, ia akan tetap siap membantu teman-teman yang
memerlukannya. Dan, mereka semakin percaya pada Tuhan sebagai suatu kekuatan
besar.
Sulit Untuk Memulai
Banyak pertanyaan, mengapa orang itu sulit memulai usaha. Dan, ahirnya banyak
alasan yang sengaja dicari-cari yang dijadikan sebagai alasan pembenar, bahwa memulai
usaha itu sulit, karena memulai usaha itu harus ada modal, punya tempat, dll. Padahal,
menurut saya, jika kita memiliki jiwa wirausaha, maka persoalan semacam itu akan bisa
kita atasi. Sehingga, ahirnya menyadari bahwa sesungguhnya memulai usaha itu tidak
sesulit seperti yang kita bayangkan.
Dalam kontek ini, saya kira memang perlu ada suatu taktik atau rekayasa bahwa
kita itu harus dalam kondisi terpaksa untuk memulai usaha itu. Misalnya, saat di
PHK, atau kita sedang tidak punya apa-apa. Atau, disaat kita sudah capai melamar
pekerjaan di mana-mana, tapi tetap tak ada satupun perusahaan yang memperkerjakan
kita. Bisa juga, disaat kita sedang drop-out dari sekolah atau tidak kuliah lagi, sehingga
saat itu kita punya perasaan bahwa seolah kita tidak punya lagi masa depan.
Saya kira, justru disaat itulah atau disaat kondisi kita “terhimpit” keadaan seperti
itu, muncul ide bisnis atau pikiran yang brilyan atau cemerlang, yang ahirnya membuat
kita ada keberanian untuk memulai usaha. Ada keberanian kita untuk mandiri, dan
bersemangat lagi untuk belajar berwirausaha, sekalipun tak tahu jenis usaha yang akan
kita jalankan.
Tapi sebaliknya, kalau saja keadaan kita sehari-harinya terasa aman-aman saja,
maka sulit untuk melakukan perubahan. Kita jadi sulit untuk berubah dari yang aman
menjadi yang tidak aman. Maka, salah satu upaya yang bisa kita lakukan ialah, kita harus
berani masuk dalam bisnis. Kita harus masuk dalam dunia yang penuh ketidakpastian.
Nah, kalau kita terbiasa dengan dunia yang pasti, maka kita akan sulit untuk memulai
usaha. Sehingga, saya kira kita memang perlu ada perubahan sikap mental. Contohnyam disaat kita memulai usaha berarti kita telah mencoba mengambil resiko,
atau dibutuhkan keberanian untuk ambil resiko.
Tapi, selama ini, saya kerap kali menjumpai banyak orang yang selalu punya
pikiran negatif dulu, padahal mereka belum memulai usaha. Mereka berfikir resiko.
Misalnya, kalau usahanya tidak jalan terus gimana? Kalau usaha kita nanti rugi, lantas
kita makan apa? Kalau produk yang kita jual tidak laku, terus gimana?
Jadi, kita belum apa-apa sudah hanyut dengan pikiran-pikiran yang negatif atau
pikiran yang tidak-tidak ! Yaitu, tidak laku, takut usahanya macet, takut gagal, dll. Saya
rasa, jika kita sudah berkeinginan untuk berwirausaha, yah sebaiknya kita harus punya
pikiran positif atau ya...ya...ya. Ya bisa maju, ya bisa laku, ya bisa untung ! Sehingga,
kita harus selalu optimis. Kita tentu saja butuh ketekunan, kesabaran, dan harus selalu
memiliki semangat yang prima.
Oleh karena itulah, dalam setiap kesempatan seminar, road show maupun kuliah
di Sekolah Calon Pengusaha “Entrepreneur University” yang kebetulan saya dirikan, saya
juga selalu menyarankan mereka untuk setiap saat berani mencoba untuk memulai usaha.
Kapan saja, dimana saja, dan jenis produk atau jasa apa saja.
Yakinlah, dengan kita bersikap mental seperti itu, yang namanya memulai usaha
akan menjadi hal yang mudah. Tidak sesulit yang kita bayangkan. Jadi, saya kira
“Memulai usaha itu memang beresiko, tapi tidak memulai usaha akan lebih
beresiko”. Yah, kita tak punya aset.
Hanya orang yang berani gagal total, akan meraih keberhasilan total.
PERNYATAAN John. F. Kennedy ini saya yakini kebenarannya. Itu bukan
sekedar retorika, tetapi memang sudah terbukti dalam perjalanan hidup saya. Gagal total
itulah awal karier bisnis saya.
Pada akhir 1981, saya merasa tak puas dengan pola kuliah yang membosankan.
Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih
gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Di tahun 1982, saya
kemudian mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah
menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.
Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi
peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama
dapat membuka cabang di ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar
di Indonesia.
Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak
begitu enak untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian
yang setiap orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang
nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang sukses dari pada melihat orang yang
gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal.
Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha,
maka jangan berharap orang akan memuji Anda. Jangan berharap pula orang di sekitar
anda maupun relasi Anda akan memahami mengapa Anda gagal.
Jangan berharap Anda tidak disalahkan. Jangan berharap juga semua sahabat
masih tetap berada di sekeliling Anda. Jangan berharap Anda akan mendapat dukungan
moral dari teman yang lain. Jangan berharap pula ada orang yang akan meminjami uang
sebagai bantuan sementara. Jangan berharap bank akan memberikan pinjaman
selanjutnya.
Mengapa saya melukiskan gambaran yang begitu buruk bagi seorang entrepreneur
yang gagal? Begitulah masyarakat kita, cenderung memuji yang sukses dan menang.
Sebaliknya, menghujat yang kalah dan gagal. Kita sebaiknya mengubah budaya seperti
itu, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang pada peluang yang kedua. Menurut pengalaman saya, apabila orang gagal, maka tidak ada gunanya murung
dan memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Dan justru kita harus
lebih tertantang lagi dengan usaha yang sedang kita jalani yang mengalami kegagalan itu.
Saya sendiri lebih suka mempergunakan kegagalan atau pengalaman negatif itu untuk
menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.
Sudah tentu, kasus kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis
ekonomi kian merebak dan bertambah. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) dan kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka
atau tidak suka, setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin
penderitaan.
Bagi seorang entrepreneur, sebaiknya jangan sampai terpuruk dengan kondisi dan
suasana seperti itu. Kita harus berani menghadapi kegagalan, dan ambil saja hikmahnya
(kejadian dibalik itu). Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita,
membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita,
serta untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi
gagah, tatkala lemah. Menjadi berani ketika kita takut. Itu sebabnya mengapa saya juga
sepakat dengan pendapat Richard Gere, aktor terkemuka Hollywood, yang mengatakan
bahwa kegagalan itu penting bagi karier siapapun.
Mengapa demikian? Karena selama ini banyak orang membuat kesalahan sama,
dengan menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Justru sebaliknya, kita
seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin
akan menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan.
Ada beberapa sebab dari kegagalan itu sendiri. Pertama, kita ini sering menilai
kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh
mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu “melankolis”
dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk.
Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau atau tidak mau tahu dari mana
kita harus memulai kembali suatu usaha.
Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk
bisa mengatasinya. Bila kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan
menemui kegagalan, maka sebaiknya kia bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan
memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai
sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi
ukurlah, berapa kali ia bangkit kembali.
Berani Mencoba
Seandainya kita berani mencoba dan kita lebih tekun dan ulet, maka pasti yang
namanya kegagalan itu tak akan pernah ada.
ORANG bukannya gagal, tetapi berhenti mencoba. Ungkapan ini sengaja saya
kedepankan. Mengapa? Karena sesungguhnya seseorang untuk dapat meraih kesuksesan
dalam karier atau bisnisnya, maka orang itu harus punya keberanian mencoba.
Seorang entrepreneur - dalam situasi sesulit apa pun - akan semakin tertantang
untuk tidak berhenti mencoba. Dengan kata lain “berani mencoba” dan orang yang selalu
berani mencoba itulah yang pada akhirnya justru akan meraih kemenangan atau
kesuksesan.
Dalam bisnis, tampaknya kita perlu mengedepankan sikap seperti itu, dan saya
kira tidak ada salahnya bila kita bersikap positif semacam itu. Berdasar pengalaman, saya
melihat, bahwa seorang entrepreneur adalah orang yang tidak mudah percaya sebelum
mencobanya. Meskipun ketika mencobanya, keyakinan kita hampir padam karena pasti
akan diterpa ‘angin”. Dan ternyata, terpaan ‘angin” tersebut justru dapat membakar
semangat kewirausahaan (the spirit of entrepreneurship) kita. Nalar bisnis (sense of
business) kita semakin optimal, dan pada akhirnya, sebagai entrepreneur, kita semakin
yakin akan kesuksesan yang akan kita raih.
Tegasnya, keberhasilan dalam bisnis memang sangat ditentukan oleh semangat
kewirausahaan kita yang tinggi. Dengan demikian sikap mencoba dan mencoba terus-
menerus itu akan dilakukannya. Pada akhirnya dengan sikap kita yang “berani mencoba’
itu, akan membuat kita tidak akan mudah terpuruk dengan keputus -asaan. Apalagi sampai
menghancurkan hidup dan bisnis yang telah kita rintis lama.
Selain itu, pikiran kita juga harus tetap diformulasikan ke arah positif. Bukan
sebaliknya, suka berpikir negatif, apalagi sampai putus asa. Sikap semacam ini harus kita
buang jauh-jauh.
Jika pikiran kita tidak melihat hasil akhir, bahwa bisnis kita bakal sukses, maka
tentu kita akan kehilangan semangat kewirausahaan. Sebab, dengan kita memiliki
bayangan kesuksesan di masa depan, tentu akan dapat memotivasi kita untuk bekerja
lebih giat. Bahkan, menjadikan diri kita bersikap tidak mudah putus asa. Dalam bisnis modern, kita tidak akan dapat hidup tanpa kita mempunyai sikap
keberanian mencoba. Kita lihat saja, masih banyak orang yang gagal dalam usahanya,
yang akhirnya putus asa tanpa mampu lagi berbuat sesuatu, tanpa berani mencoba lagi.
Sikap semacam itu jelas akan merugikan kita, bukan saja dari aspek materi atau finansial
saja, tapi juga dari aspek psikologis. Oleh karena itu, walaupun di masa krisis, sebaiknya
kita harus tetap menjadi entrepreneur yang memiliki semangat kewirausahaan yang
tinggi.
Kita juga harus punya keyakinan, bahwa sesungguhnya seseorang itu tidak ada
yang gagal dalam bisnisnya. Mereka yang gagal hanyalah karena dia berhenti mencoba,
berhenti berusaha. Seandainya kita berani mencoba, dan kita lebih tekun dan ulet, maka
pasti yang namanya kegagalan itu tidak akan pernah ada. Artinya, dengan kita mau
berjerih payah dalam berusaha, tentu kita akan menuai keberhasilan.
Untuk itu, kita harus berani mencoba. Sebab, tidak satu pun di dunia ini, termasuk
di dalam dunia entrepreneur yang dapat mengantikan keberanian mencoba. Dengan bakat
bisnis? Tidak bisa. Sebab orang berbakat yang tidak berhasil meraih sukses banyak kita
jumpai. Bagaimana dengan kejeniusan seseorang? Juga tidak. Sebab kejeniusan yang
hanya dipendam saja, itu sama saja dengan omong-kosong. Tergantung pendidikannya
juga tidak. Sebab di dunia ini sudah penuh dengan pengangguran yang berijazah sarjana.
Dan ternyata, hanya dengan keberanian mencoba dan mencoba itulah yang dapat
menentukan kesuksesan bisnis kita.
Berani Merantau
Kita itu memang harus, punya keberanian merantau. Sebab, dengan keberanian
merantau, kita akan lebih bisa percaya diri dan mandiri.
BANYAK entrepreneur yang sukses karena ia merantau. Orang Tegal sukses
dengan warteg-nya di Jakarta. Begitu juga orang Wonogiri sukses menekuni usaha
sebagai penjual bakso. Orang Wonosari sukses sebagai penjual bakmi dan minuman.
Sementara orang Padang, sukses dengan bisnis masakan Padang-nya.
Bahkan, orang Cina pun banyak yang sukses ketika dia merantau keluar negeri.
Dan, tak sedikit pula, orang Jawa yang sukses sebagai transmigran di Sumatera. Juga
banyak orang dari luar Jawa yang sukses bisnisnya ketika merantau di Yogyakarta. Tapi
banyak juga orang Yogya yang sukses menjadi pengusaha atau merintis kariernya, ketika
merantau di Jakarta. Hal itu wajar terjadi, karena orang-orang tersebut memang punya
keberanian merantau. Sebenarnya, apa yang diungkapkan di atas hanyalah sekedar contoh, bahwa orang
bisa sukses sebagai entrepreneur, kalau orang tersebut memiliki keberanian merantau.
Mengapa demikian?
Menurut saya, keberanian merantau itu perlu kita miliki, karena dengan merantau
berarti kita berani meninggalkan lingkungan keluarga. Sebab, ketika kita berada di
lingkungan keluarga, meskipun kita sudah tumbuh besar atau dewasa, namun tetap
dianggap sebagai anak kecil.
Sehingga, hal itu akan membuat kita tergantung dan tidak mandiri. Akibat dari itu
sangat jelas, kita mudah patah semangat atau putus asa. Tidak berani menghadapi
tantangan atau risiko bisnis. Kita pun akan mudah tergantung pada orang lain.
Tapi beda halnya. kalau kita berani merantau. Hal itu berarti kita siap menjadi
“manusia baru”. Kita harus siap menghadapi lingkungan baru, yang barangkali tak sedikit
tantangan yang harus dihadapi. Dan, jika saat dulu kita belum tahu apa sebenarnya
kelemahan kita, maka dengan merantau hal tersebut bisa diketahui. sedikit demi sedikit
kelemahan tersebut akan kita perbaiki di tanah perantauan. Itulah sebabnya mengapa saya
yakin, keberanian merantau yang membuat kita punya jiwa kemandirian itu, akan
membuat kita lebih percaya diri dalam setiap langkah dalam bisnis maupun karier.
Jadi singkatnya, merantau itu akan membuat kita berjiwa “tahan banting”.
Katakanlah, kalau usaha kita ternyata jatuh dan gagal, kita tidak terlalu malu, toh itu
terjadi di kota lain. Dengan kata lain, berusaha di kota lain akan mengurangi beban berat,
bila dibandingkan dengan merintis bisnis di kota kita sendiri.
Selain itu, keberanian merantau ke daerah lain, akan membuat kita dapat
menyelesaikan persoalan sendiri. Bahkan, kita akan merasa tabu terhadap bantuan orang
lain. Kita ada rasa untuk tidak mau punya hutang budi pada orang lain.
Oleh karena itulah, saya berpendapat, bahwa sesungguhnya ke-mandirian itu
adalah semangat paling dasar dari kita untuk bisa meraih kesuksesan. Dan, alangkah
baiknya jika sikap mandiri semacam itu bisa kita bentuk sejak kita masih sekolah.
Maka, jika kita ingin menjadi entrepreneur yang mampu meraih sukses dan “tahan
banting”, salah satu kuncinya adalah kemandirian itu sendiri. Dan, kemandirian akan
muncul jika kita berani merantau. Buktikan sendiri.
Berani Sukses
Seberapa besar rejeki yang kita inginkan, itu sama dengan seberapa besar kita
berani mengambil resiko. HANYA segelintir entrepreneur yang dapat mencapai tangga sukses teratas tanpa
perjuangan dan pengorbanan. Resepnya, antara lain, kalau melakukan kesalahan, mereka
melupakannya dan terus bekerja, hingga akhirnya mencapai kesuksesan. Menurut saya,
kita sebagai entrepreneur harus selalu berani berpikiran sukses dan berani
mengembangkan kepercayaan diri.
Harus selalu ingat, bahwa kita adalah orang yang berpotensi dalam bisnis, yang
setiap saat harus selalu melipatgandakan kepercayaan diri, dan bisa menghilangkan
penyakit exucitis, penyakit mencari alasan. Apakah itu alasan yang berkaitan dengan
kesehatan, intelejensia atau kecerdasan, usia, dan nasib. Kita pun juga harus berani
merubah kegagalan menjadi kemenangan atau kesuksesan.
Untuk sebuah kesuksesan, dibutuhkan keberanian secara terus menerus untuk
mempelajari kemunduran bisnis kita menuju kesuksesan. Dalam bisnis, sangat wajar
kalau kita belajar dari kesuksesan yang dicapai pesaing kita. Namun yang penting,
bagaimana kita harus menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat oleh
pesaing kita itu. Kita juga harus selalu siap menghadapi perubahan-perubahan yang selalu
ada dalam kehidupan bisnis.
Upaya-upaya mencipta ide-ide terbaik yang bersifat competitive advantage saya
kira menjadi sangat penting, dan kalau perlu kita gabung-gabungkan ide-ide terbaik dari
para pesaing kita.
Dengan kata lain, sebagai seorang entrepreneur, kita pun harus senantiasa setiap
saat selalu membuka mata dan telinga terhadap suatu kesempatan atau peluang. Sebab,
disamping faktor rejeki, maka peluang itu juga menyangkut dengan faktor nasib kita. Bila
kita mampu melakukan hal itu, tidak mustahil kesuksesan akan dapat kita raih.
Saya yakin, kita semua pasti mendambakan kesuksesan. Ingin memperoleh yang
sebaik-baiknya dari perjalanan hidupnya. Tidak ada orang yang bisa mendapatkan
kenikmatan dari hidup yang terus merangkak-rangkak, kehidupan yang setengah-
setengah. Sukses berarti banyak hal yang mengagumkan dan positif. Sukses berarti
kesejahteraan pribadi: rumah bagus, keamanan di bidang keuangan dan kesempatan maju
yang maksimal, serta berguna bagi masyarakat. Sukses juga berarti memperoleh
kehormatan, kepemimpinan, dan disegani.
Dengan demikin sukses berarti self respect, merasa terhormat, terus menerus
merasa bahagia, dan merasakan kepuasan dari kehidupannya. Itu artinya, kita berhasil
berbuat lebih banyak yang bermanfaat. Dengan kata lain, sukses berarti menang! Namun sayangnya, di era globalisasi seperti sekarang ini, tidak semua entrepreneur berani
menyebutkan, bahwa dirinya telah mencapai kesuksesan.
Sebaliknya, saya justru berpendapat bahwa kita sebagai entrepreneur harus berani
menyatakan dirinya sukses. Karena dengan keberanian kita menyatakan sukses, akan
membangkitkan kepercayaan diri. Dengan kepercayaan diri yang besar itu, kita akan
lebih bersemangat untuk meraih kesuksesan. Dan saya tetap yakin, betapa pun sibuknya
entrepreneur-entrepreneur yang sukses, ia akan tetap siap membantu teman-teman yang
memerlukannya. Dan, mereka semakin percaya pada Tuhan sebagai suatu kekuatan
besar.
Sulit Untuk Memulai
Banyak pertanyaan, mengapa orang itu sulit memulai usaha. Dan, ahirnya banyak
alasan yang sengaja dicari-cari yang dijadikan sebagai alasan pembenar, bahwa memulai
usaha itu sulit, karena memulai usaha itu harus ada modal, punya tempat, dll. Padahal,
menurut saya, jika kita memiliki jiwa wirausaha, maka persoalan semacam itu akan bisa
kita atasi. Sehingga, ahirnya menyadari bahwa sesungguhnya memulai usaha itu tidak
sesulit seperti yang kita bayangkan.
Dalam kontek ini, saya kira memang perlu ada suatu taktik atau rekayasa bahwa
kita itu harus dalam kondisi terpaksa untuk memulai usaha itu. Misalnya, saat di
PHK, atau kita sedang tidak punya apa-apa. Atau, disaat kita sudah capai melamar
pekerjaan di mana-mana, tapi tetap tak ada satupun perusahaan yang memperkerjakan
kita. Bisa juga, disaat kita sedang drop-out dari sekolah atau tidak kuliah lagi, sehingga
saat itu kita punya perasaan bahwa seolah kita tidak punya lagi masa depan.
Saya kira, justru disaat itulah atau disaat kondisi kita “terhimpit” keadaan seperti
itu, muncul ide bisnis atau pikiran yang brilyan atau cemerlang, yang ahirnya membuat
kita ada keberanian untuk memulai usaha. Ada keberanian kita untuk mandiri, dan
bersemangat lagi untuk belajar berwirausaha, sekalipun tak tahu jenis usaha yang akan
kita jalankan.
Tapi sebaliknya, kalau saja keadaan kita sehari-harinya terasa aman-aman saja,
maka sulit untuk melakukan perubahan. Kita jadi sulit untuk berubah dari yang aman
menjadi yang tidak aman. Maka, salah satu upaya yang bisa kita lakukan ialah, kita harus
berani masuk dalam bisnis. Kita harus masuk dalam dunia yang penuh ketidakpastian.
Nah, kalau kita terbiasa dengan dunia yang pasti, maka kita akan sulit untuk memulai
usaha. Sehingga, saya kira kita memang perlu ada perubahan sikap mental. Contohnyam disaat kita memulai usaha berarti kita telah mencoba mengambil resiko,
atau dibutuhkan keberanian untuk ambil resiko.
Tapi, selama ini, saya kerap kali menjumpai banyak orang yang selalu punya
pikiran negatif dulu, padahal mereka belum memulai usaha. Mereka berfikir resiko.
Misalnya, kalau usahanya tidak jalan terus gimana? Kalau usaha kita nanti rugi, lantas
kita makan apa? Kalau produk yang kita jual tidak laku, terus gimana?
Jadi, kita belum apa-apa sudah hanyut dengan pikiran-pikiran yang negatif atau
pikiran yang tidak-tidak ! Yaitu, tidak laku, takut usahanya macet, takut gagal, dll. Saya
rasa, jika kita sudah berkeinginan untuk berwirausaha, yah sebaiknya kita harus punya
pikiran positif atau ya...ya...ya. Ya bisa maju, ya bisa laku, ya bisa untung ! Sehingga,
kita harus selalu optimis. Kita tentu saja butuh ketekunan, kesabaran, dan harus selalu
memiliki semangat yang prima.
Oleh karena itulah, dalam setiap kesempatan seminar, road show maupun kuliah
di Sekolah Calon Pengusaha “Entrepreneur University” yang kebetulan saya dirikan, saya
juga selalu menyarankan mereka untuk setiap saat berani mencoba untuk memulai usaha.
Kapan saja, dimana saja, dan jenis produk atau jasa apa saja.
Yakinlah, dengan kita bersikap mental seperti itu, yang namanya memulai usaha
akan menjadi hal yang mudah. Tidak sesulit yang kita bayangkan. Jadi, saya kira
“Memulai usaha itu memang beresiko, tapi tidak memulai usaha akan lebih
beresiko”. Yah, kita tak punya aset.