BERSYUKUR SETIAP SAAT
Untuk menemukan sukses di dalam diri Anda, pada saat yang sama Anda perlu bersyukur dan menyadari kehadiran mindset sukses tersebut. Tanpa rasa syukur yang besar, hampir mustahil rasanya kita bisa menemukan mindset sukses di dalam diri. Karena rasa syukur yang besar merupakan dasar dari segala hal yang positif di dalam persepsi kita. Apa yang kita pikirkan menjadikan siapa diri kita. Jika kita berpikir bisa, maka kemungkinan besar kita bisa mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Jika kita berpikir tidak bisa, kemungkinan besar kita akan kalah dulu sebelum berperang dan mencari seribu satu alasan mengapa kita tidak bisa melakukannya.
Alam bawah sadar kita selalu menuruti pikiran kita. Jika kita ragu-ragu melakukan sesuatu, biasanya hasilnya pun biasanya mencerminkan keragu-raguan. Jika kita melakukan sesuatu dengan mantap, maka hasilnya pun biasanya mantap, alias memuaskan. Sebagai analogi, seorang anak yang sering dimarahi dan dilabeli sebagai “pemalas” sering kali tumbuh sebagai seorang malas. Pikirannya percaya akan label tersebut dan perbuatannya mengikuti label tersebut. Inilah kekuatan bawah sadar yang sering kali dianggap sepele oleh para orang tua. Ini bahayanya jika kita menyebut anak kita sendiri sebagai “pemalas” atau “bodoh,” karena bisa-bisa ia sungguh-sungguh tumbuh sebagai seorang pemalas dan “bodoh.” Sering kali, label seperti ini kita lakukan juga terhadap diri sendiri. Tidak jarang kita dengar label diri sendiri yang cukup “aneh,” misalnya: “saya ini bukan anak konglomerat dan tidak berbakat bisnis maka saya tidak berhasil dalam bisnis,” Intinya, begitu banyak alasan bagi saya untuk memberikan label negatif kepada diri saya bahwa saya adalah orang yang lemah, tidak berdaya, dan tidak pantas sukses. Namun, sebaliknya, saya malah sangat sadar akan kelebihan diri saya. Saya dengan berani membalikkan kesusahan menjadi kemenangan. Keraguan menjadi keyakinan. Ketakutan menjadi optimisme.
Kebenaran prinsip bahwa apa yang kita pikirkan menjadikan siapa diri kita, tidak bisa dipungkiri lagi karena semua orang sukses mempunyai sikap penuh syukur, penuh berterima kasih, dan tidak senang mencela siapa pun dan apa pun. Semakin positif diri kita, semakin banyak hal-hal positif yang akan terproyeksikan keluar, dan semakin banyak orang bermental positif yang akan tertarik untuk berkomunikasi. Kejelian hati dan pikiran kita untuk mengucapkan syukur dan berterima kasih di setiap kesempatan merupakan dasar dari pikiran-pikiran positif, termasuk mindset sukses. Dengan semakin jeli melihat hal-hal yang positif maka semakin jeli pula kita melihat ke dalam diri dan mengambil sari bahwa kita semua merupakan personifikasi sukses itu sendiri. Dengan selalu mengucapkan terima kasih dan bersyukur akan hal-hal kecil, maka alam bawah sadar kita semakin terbiasa untuk menerima hal-hal positif dengan kesadaran penuh. Ini akan terakumulasi di dalam diri sedemikian rupa sampai akhirnya membentuk diri kita yang baru.
Diri ini merupakan personifikasi sukses yang siap memproyeksikan keadaan di dalam diri ke luar. Dengan kata lain, dengan memenuhi pikiran dan perasaan kita dengan persepsi-persepsi positif, kita akan berhasil mengatasi sumber-sumber negatif dari luar. Dengan isi pikiran dan perasaan yang positif, maka perbuatan kita pun akan menarik hal-hal yang positif, termasuk hal-hal yang menggandakan kekuatan baik dari uang dan hal-hal lainnya. Singkat kata, semakin tinggi nilai persepsi diri yang positif, mindset sukses akan semakin terpancar dengan perbuatan-perbuatan yang menjadi magnet dari kebebasan finansial. Kenyataannya, karena satu dan lain hal, manusia-manusia modern macam kita semua, lebih sering mencela daripada bersyukur dan berterima kasih kepada orang lain. Lebih banyak menjelek-jelekkan pihak lain daripada memuji, serta lebih banyak merasa iri daripada membina hubungan yang sinergis. Jika kebiasaan-kebiasaan tidak terpuji tersebut dipertahankan, sangatlah mengecewakan hasilnya.
Untuk menemukan diri yang sukses di dalam, mengucapkan syukur bisa dibarengi ketika mengucapkan kata-kata pemacu dan melakukan visualisasi setiap jam sebanyak sepuluh kali tersebut. Bisa juga Anda gunakan waktu khusus setiap hari, misalnya ketika bangun pagi, menjelang tidur malam, dan ketika melakukan shalat. Walaupun cara demikian memang baik, namun sering kali jika tidak berhati-hati dan pilot otomatis sudah bekerja, maka segala sesuatu yang dijalankan dengan rutin akan menjadi rutinitas belaka. Rutinitas tidak lagi memberikan arti mendalam, malah menjadi hambar. Sebaliknya, saya biasanya mengucapkan terima kasih begitu ada sesuatu yang menarik perhatian, mempunyai arti, dan dilakukan oleh orang lain untuk saya. Dengan berterima kasih dan bersyukur, kita selalu mencari sisi positif dari segala sesuatu. Dengan mencari sisi positif, maka diri kita menjadi semakin positif dalam melihat segala sesuatu. Maka, semua perbuatan kita didasari oleh keyakinan ini, termasuk persepsi diri kita sebagai personifikasi dari sukses.
Dengan mengubah mindset maka segala faktor eksternal yang sering menjadi atribut orang sukses akan datang dengan sendirinya bagaikan arus sungai. Berterima kasih dan bersyukur toh tidak memerlukan modal uang maupun sumber daya apa pun. Intinya hanya satu, yaitu kemauan keras untuk mengubah diri. Jangan mengharapkan nasib Anda akan berubah dalam sekejap. Yang jelas, dengan mengucapkan terima kasih kepada orang lain tanpa ada rasa keterpaksaan dan rasa canggung saja sudah merupakan jembatan kita ke dalam hati orang itu. “Terima kasih” tidak akan pernah ditolak oleh orang lain, malah biasanya disambut dengan senyum lebar dan hati yang sedikit lebih lembut daripada sebelumnya. Ini saja sudah merupakan magnet yang bisa membantu Anda dalam memproyeksikan diri yang sukses ke luar. Jadi, jika ada keragu-raguan dan keengganan untuk berterima kasih dan bersyukur dalam skala dan frekuensi luar biasa, maka sebaiknya Anda urungkan niat Anda untuk menjadi personifikasi dari sukses itu sendiri.
Untuk menemukan sukses di dalam diri Anda, pada saat yang sama Anda perlu bersyukur dan menyadari kehadiran mindset sukses tersebut. Tanpa rasa syukur yang besar, hampir mustahil rasanya kita bisa menemukan mindset sukses di dalam diri. Karena rasa syukur yang besar merupakan dasar dari segala hal yang positif di dalam persepsi kita. Apa yang kita pikirkan menjadikan siapa diri kita. Jika kita berpikir bisa, maka kemungkinan besar kita bisa mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Jika kita berpikir tidak bisa, kemungkinan besar kita akan kalah dulu sebelum berperang dan mencari seribu satu alasan mengapa kita tidak bisa melakukannya.
Alam bawah sadar kita selalu menuruti pikiran kita. Jika kita ragu-ragu melakukan sesuatu, biasanya hasilnya pun biasanya mencerminkan keragu-raguan. Jika kita melakukan sesuatu dengan mantap, maka hasilnya pun biasanya mantap, alias memuaskan. Sebagai analogi, seorang anak yang sering dimarahi dan dilabeli sebagai “pemalas” sering kali tumbuh sebagai seorang malas. Pikirannya percaya akan label tersebut dan perbuatannya mengikuti label tersebut. Inilah kekuatan bawah sadar yang sering kali dianggap sepele oleh para orang tua. Ini bahayanya jika kita menyebut anak kita sendiri sebagai “pemalas” atau “bodoh,” karena bisa-bisa ia sungguh-sungguh tumbuh sebagai seorang pemalas dan “bodoh.” Sering kali, label seperti ini kita lakukan juga terhadap diri sendiri. Tidak jarang kita dengar label diri sendiri yang cukup “aneh,” misalnya: “saya ini bukan anak konglomerat dan tidak berbakat bisnis maka saya tidak berhasil dalam bisnis,” Intinya, begitu banyak alasan bagi saya untuk memberikan label negatif kepada diri saya bahwa saya adalah orang yang lemah, tidak berdaya, dan tidak pantas sukses. Namun, sebaliknya, saya malah sangat sadar akan kelebihan diri saya. Saya dengan berani membalikkan kesusahan menjadi kemenangan. Keraguan menjadi keyakinan. Ketakutan menjadi optimisme.
Kebenaran prinsip bahwa apa yang kita pikirkan menjadikan siapa diri kita, tidak bisa dipungkiri lagi karena semua orang sukses mempunyai sikap penuh syukur, penuh berterima kasih, dan tidak senang mencela siapa pun dan apa pun. Semakin positif diri kita, semakin banyak hal-hal positif yang akan terproyeksikan keluar, dan semakin banyak orang bermental positif yang akan tertarik untuk berkomunikasi. Kejelian hati dan pikiran kita untuk mengucapkan syukur dan berterima kasih di setiap kesempatan merupakan dasar dari pikiran-pikiran positif, termasuk mindset sukses. Dengan semakin jeli melihat hal-hal yang positif maka semakin jeli pula kita melihat ke dalam diri dan mengambil sari bahwa kita semua merupakan personifikasi sukses itu sendiri. Dengan selalu mengucapkan terima kasih dan bersyukur akan hal-hal kecil, maka alam bawah sadar kita semakin terbiasa untuk menerima hal-hal positif dengan kesadaran penuh. Ini akan terakumulasi di dalam diri sedemikian rupa sampai akhirnya membentuk diri kita yang baru.
Diri ini merupakan personifikasi sukses yang siap memproyeksikan keadaan di dalam diri ke luar. Dengan kata lain, dengan memenuhi pikiran dan perasaan kita dengan persepsi-persepsi positif, kita akan berhasil mengatasi sumber-sumber negatif dari luar. Dengan isi pikiran dan perasaan yang positif, maka perbuatan kita pun akan menarik hal-hal yang positif, termasuk hal-hal yang menggandakan kekuatan baik dari uang dan hal-hal lainnya. Singkat kata, semakin tinggi nilai persepsi diri yang positif, mindset sukses akan semakin terpancar dengan perbuatan-perbuatan yang menjadi magnet dari kebebasan finansial. Kenyataannya, karena satu dan lain hal, manusia-manusia modern macam kita semua, lebih sering mencela daripada bersyukur dan berterima kasih kepada orang lain. Lebih banyak menjelek-jelekkan pihak lain daripada memuji, serta lebih banyak merasa iri daripada membina hubungan yang sinergis. Jika kebiasaan-kebiasaan tidak terpuji tersebut dipertahankan, sangatlah mengecewakan hasilnya.
Untuk menemukan diri yang sukses di dalam, mengucapkan syukur bisa dibarengi ketika mengucapkan kata-kata pemacu dan melakukan visualisasi setiap jam sebanyak sepuluh kali tersebut. Bisa juga Anda gunakan waktu khusus setiap hari, misalnya ketika bangun pagi, menjelang tidur malam, dan ketika melakukan shalat. Walaupun cara demikian memang baik, namun sering kali jika tidak berhati-hati dan pilot otomatis sudah bekerja, maka segala sesuatu yang dijalankan dengan rutin akan menjadi rutinitas belaka. Rutinitas tidak lagi memberikan arti mendalam, malah menjadi hambar. Sebaliknya, saya biasanya mengucapkan terima kasih begitu ada sesuatu yang menarik perhatian, mempunyai arti, dan dilakukan oleh orang lain untuk saya. Dengan berterima kasih dan bersyukur, kita selalu mencari sisi positif dari segala sesuatu. Dengan mencari sisi positif, maka diri kita menjadi semakin positif dalam melihat segala sesuatu. Maka, semua perbuatan kita didasari oleh keyakinan ini, termasuk persepsi diri kita sebagai personifikasi dari sukses.
Dengan mengubah mindset maka segala faktor eksternal yang sering menjadi atribut orang sukses akan datang dengan sendirinya bagaikan arus sungai. Berterima kasih dan bersyukur toh tidak memerlukan modal uang maupun sumber daya apa pun. Intinya hanya satu, yaitu kemauan keras untuk mengubah diri. Jangan mengharapkan nasib Anda akan berubah dalam sekejap. Yang jelas, dengan mengucapkan terima kasih kepada orang lain tanpa ada rasa keterpaksaan dan rasa canggung saja sudah merupakan jembatan kita ke dalam hati orang itu. “Terima kasih” tidak akan pernah ditolak oleh orang lain, malah biasanya disambut dengan senyum lebar dan hati yang sedikit lebih lembut daripada sebelumnya. Ini saja sudah merupakan magnet yang bisa membantu Anda dalam memproyeksikan diri yang sukses ke luar. Jadi, jika ada keragu-raguan dan keengganan untuk berterima kasih dan bersyukur dalam skala dan frekuensi luar biasa, maka sebaiknya Anda urungkan niat Anda untuk menjadi personifikasi dari sukses itu sendiri.