Islam tidak diturunkan supaya kita merealisasikan ajaran-ajarannya lewat kata-kata, bacaan-bacaan atau shalat saja, namun perbuatan-perbuatan ini adalah dorongan bagi individu untuk melakukan tugas membentuk kehidupan.
Sekarang kita mulai menangkap salah satu sisi dari hal tersebut, baik dalam level individu maupun dalam level kelompok.
Pertama: Dalam Level Individu
* Perasaan orang sakit terhadap penyakitnya: perasaan bahwa dirinya pasif, tidak memiliki potensi. Sedangkan langkah pertama dalam pengobatan adalah dengan merubah perasaan negatif ini menjadi program riil yang tertuang lewat program-program praktis dengan menangani satu kasus dari berbagai macam kasus. Adapun musibah sebenarnya adalah ketika orang yang sakit membayangkan bahwa dirinya sehat wal afiat tidak kurang suatu apapun, maka ketika itu sangat sulit bagi para dokter untuk mengobatinya, karena dia akan menolak nasehat dan bersikeras dalam keadaannya.
* Orientasi pada pembentukan kehidupan dengan nilai-nilai islam dalam semua bidang. Seorang ayah mewarnai rumahnya dengan nilai islam, kepala sekolah menanamkan nilai keislaman disekolahnya begitu pula pegawai dalam lingkungan kerjanya. Ada beban besar dalam membentuk kehidupan. Beban yang mencemaskan namun pada waktu yang sama menjanjikan kehidupan yang lebih cerah.
* Spesialisasi: perasaan yang mendalam terhadap nilai ilmu, usaha mendapatkannya dan mempraktekkannya. Ketika seseorang telah mencapai tingkatan perasaan yang tinggi dalam ilmu, maka ia akan mendalami satu bidang yang bermanfaat dengan menghabiskan waktunya, usahanya dan kekuatannya. Hatinya tidak akan tenang sebelum dia mengusai bidang yang didalaminya guna menutup lobang yang ditinggalkan orang-orang sebelumnya.
Kedua: Dalam Level Kelompok
* Menghidupkan kembali peran amar makruf nahi mungkar: simbol yang telah lama mati dalam hati manusia. Sehingga dengan hidupnya kembali simbol ini, muslim yang lurus tidak hanya menjadi manusia yang pasif, pulang-pergi ke masjid hanya untuk melakukan shalat saja, namun dia merasa bahwa dirinya memiliki sesuatu yang bisa dia berikan kepada orang lain. Begitu pula lembaga-lembaga amar makruf nahi mungkar kegiatannya tidak hanya terbatas pada usaha-usaha sederhana, bahkan kita bisa jumpai sekarang aktivitas lembaga-lembaga tersebut lebih variatif, seperti mengadakan perkemahan, memberikan hadiah, memberikan nasehat dengan baik... semua itu menghidupkan kembali peran yang mulia ini.
* Berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat: permasalahan ini tidak terbatas menjadi milik kalangan akademis atau para juru dakwah, namun telah menjadi urusan masyarakat umum dengan memberikan pelayanan kepada mereka dan menjalankan usaha untuk membantu orang-orang yang lemah dan membutuhkan. Berinteraksi dan ikut memikirkan permasalahan-permasalahan manusia dan juga permasalahan kaum muslimin di seluruh dunia, sebagai perwujudan prinsip, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih-sayang mereka, rahmat mereka dan kelembutan mereka...”. Perasaan kepemimpinan yang muncul dari kasih-sayang dan rahmat akan memberikan pengaruh dalam tingkah-laku manusia.
* Orientasi yang efektif dalam aktifitas-aktivitas yang terlembaga adalah orientasi yang istimewa. Persoalan ini tidak lagi menjadi persoalan individu, namun menjadi persoalan kelompok yang terorganisasi, terstruktur dan tersusun rencana-rencana riilnya. Walaupun terdapat titik lemah dalam hal ini kita berharap bisa mengatasinya. Titik lemah yang kami maksudkan, yaitu engkau menjumpai bahwa organisasi yang terdiri dari tiga puluh orang kinerjanya bertumpu pada satu atau dua kekuatan individu saja, sehingga melemahkan produktivitas. Hal ini tidak lain hanyalah hasil alami dari apa yang sedang dihadapi oleh masyarakat, semisal kacaunya proses dan usaha-usaha yang tercerai-berai sehingga menghasilkan kondisi seperti ini.
Sebenarnya ada usaha yang patut disyukuri, namun keefektifannya tidak terlaksana hanya dengan menyusun struktur organisasi, membuat rancangan-rancangan kerja atau pula dengan latihan-latihan teknis. Kesuksesan kerja organisasi menuntut adanya penguasaan yang menyeluruh terhadap konsep-konsep kerja organisasi, penanaman nilai-nilainya, tuntutan-tuntutannya yang bersifat pribadi, menjalankan unsur-unsurnya dan saling memberikan respon antara pemimpin dan bawahan.
* Saling melengkapi: dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing dan memanfaatkan keistimewaan dalam proses yang bisa mengubah seseorang dari nol sampai angka yang istimewa dalam kehidupan. Memanfaatkan sumber daya dan potensi para pegawai dan mengarahkannya, membangun sikap dialogis dan berinteraksi dengan pendapat orang lain dan pembagian tugas dengan cara yang rapi, semua itu membawa kepada pembentukan kehidupan lewat “Mencetak Seorang Pemimpin”.
Hati mereka suci mengalir kesemua makhluk
Sedangkan tangan mereka mengobati orang luka yang sekarat
Mereka adalah mata air yang bening bagi semua orang mukmin
Dan ditengah-tengah badai terdapat cahaya kilat
Mereka adalah air kesegaran dalam kehausan yang mencekik
Bukan bayangan fatamorgana di batas cakrawala
Seakan-akan aku melihat mereka
Sedangkan dunia bukan dunia kebaikan, namun cahaya Allah menerangi seluruh alam
Tegakkanlah tiang agama setelah runtuh
Kibarkan bendera kebenaran diatas semua makhluk
Sekarang kita mulai menangkap salah satu sisi dari hal tersebut, baik dalam level individu maupun dalam level kelompok.
Pertama: Dalam Level Individu
* Perasaan orang sakit terhadap penyakitnya: perasaan bahwa dirinya pasif, tidak memiliki potensi. Sedangkan langkah pertama dalam pengobatan adalah dengan merubah perasaan negatif ini menjadi program riil yang tertuang lewat program-program praktis dengan menangani satu kasus dari berbagai macam kasus. Adapun musibah sebenarnya adalah ketika orang yang sakit membayangkan bahwa dirinya sehat wal afiat tidak kurang suatu apapun, maka ketika itu sangat sulit bagi para dokter untuk mengobatinya, karena dia akan menolak nasehat dan bersikeras dalam keadaannya.
* Orientasi pada pembentukan kehidupan dengan nilai-nilai islam dalam semua bidang. Seorang ayah mewarnai rumahnya dengan nilai islam, kepala sekolah menanamkan nilai keislaman disekolahnya begitu pula pegawai dalam lingkungan kerjanya. Ada beban besar dalam membentuk kehidupan. Beban yang mencemaskan namun pada waktu yang sama menjanjikan kehidupan yang lebih cerah.
* Spesialisasi: perasaan yang mendalam terhadap nilai ilmu, usaha mendapatkannya dan mempraktekkannya. Ketika seseorang telah mencapai tingkatan perasaan yang tinggi dalam ilmu, maka ia akan mendalami satu bidang yang bermanfaat dengan menghabiskan waktunya, usahanya dan kekuatannya. Hatinya tidak akan tenang sebelum dia mengusai bidang yang didalaminya guna menutup lobang yang ditinggalkan orang-orang sebelumnya.
Kedua: Dalam Level Kelompok
* Menghidupkan kembali peran amar makruf nahi mungkar: simbol yang telah lama mati dalam hati manusia. Sehingga dengan hidupnya kembali simbol ini, muslim yang lurus tidak hanya menjadi manusia yang pasif, pulang-pergi ke masjid hanya untuk melakukan shalat saja, namun dia merasa bahwa dirinya memiliki sesuatu yang bisa dia berikan kepada orang lain. Begitu pula lembaga-lembaga amar makruf nahi mungkar kegiatannya tidak hanya terbatas pada usaha-usaha sederhana, bahkan kita bisa jumpai sekarang aktivitas lembaga-lembaga tersebut lebih variatif, seperti mengadakan perkemahan, memberikan hadiah, memberikan nasehat dengan baik... semua itu menghidupkan kembali peran yang mulia ini.
* Berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat: permasalahan ini tidak terbatas menjadi milik kalangan akademis atau para juru dakwah, namun telah menjadi urusan masyarakat umum dengan memberikan pelayanan kepada mereka dan menjalankan usaha untuk membantu orang-orang yang lemah dan membutuhkan. Berinteraksi dan ikut memikirkan permasalahan-permasalahan manusia dan juga permasalahan kaum muslimin di seluruh dunia, sebagai perwujudan prinsip, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih-sayang mereka, rahmat mereka dan kelembutan mereka...”. Perasaan kepemimpinan yang muncul dari kasih-sayang dan rahmat akan memberikan pengaruh dalam tingkah-laku manusia.
* Orientasi yang efektif dalam aktifitas-aktivitas yang terlembaga adalah orientasi yang istimewa. Persoalan ini tidak lagi menjadi persoalan individu, namun menjadi persoalan kelompok yang terorganisasi, terstruktur dan tersusun rencana-rencana riilnya. Walaupun terdapat titik lemah dalam hal ini kita berharap bisa mengatasinya. Titik lemah yang kami maksudkan, yaitu engkau menjumpai bahwa organisasi yang terdiri dari tiga puluh orang kinerjanya bertumpu pada satu atau dua kekuatan individu saja, sehingga melemahkan produktivitas. Hal ini tidak lain hanyalah hasil alami dari apa yang sedang dihadapi oleh masyarakat, semisal kacaunya proses dan usaha-usaha yang tercerai-berai sehingga menghasilkan kondisi seperti ini.
Sebenarnya ada usaha yang patut disyukuri, namun keefektifannya tidak terlaksana hanya dengan menyusun struktur organisasi, membuat rancangan-rancangan kerja atau pula dengan latihan-latihan teknis. Kesuksesan kerja organisasi menuntut adanya penguasaan yang menyeluruh terhadap konsep-konsep kerja organisasi, penanaman nilai-nilainya, tuntutan-tuntutannya yang bersifat pribadi, menjalankan unsur-unsurnya dan saling memberikan respon antara pemimpin dan bawahan.
* Saling melengkapi: dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing dan memanfaatkan keistimewaan dalam proses yang bisa mengubah seseorang dari nol sampai angka yang istimewa dalam kehidupan. Memanfaatkan sumber daya dan potensi para pegawai dan mengarahkannya, membangun sikap dialogis dan berinteraksi dengan pendapat orang lain dan pembagian tugas dengan cara yang rapi, semua itu membawa kepada pembentukan kehidupan lewat “Mencetak Seorang Pemimpin”.
Hati mereka suci mengalir kesemua makhluk
Sedangkan tangan mereka mengobati orang luka yang sekarat
Mereka adalah mata air yang bening bagi semua orang mukmin
Dan ditengah-tengah badai terdapat cahaya kilat
Mereka adalah air kesegaran dalam kehausan yang mencekik
Bukan bayangan fatamorgana di batas cakrawala
Seakan-akan aku melihat mereka
Sedangkan dunia bukan dunia kebaikan, namun cahaya Allah menerangi seluruh alam
Tegakkanlah tiang agama setelah runtuh
Kibarkan bendera kebenaran diatas semua makhluk