SANG PEMBERI
Hanya ada dua kelas di dalam masyarakat: pemberi dan penerima. Di dunia yang maunya apa-apa gampang ini, lebih banyak orang yang senang menerima, apalagi kalau soal uang. Uang bisa disubstitusi dengan kerja keras, karena kerja merupakan bentuk dignity tertinggi. Untuk apa kekayaan menumpuk jika hanya dinikmati dari segi materi saja? Anda tidak perlu kaya secara finansial untuk memberi. Jika Anda mempunyai kelebihan, apapun itu, sumbangkan keterampilan Anda kepada orang lain. Tidak perlu banyak-banyak, beberapa saja. Karena kebaikan hati biasanya menular. Satu kebaikan kecil akan menginspirasi satu maupun lebih bentuk kebaikan lainnya. Jika Anda punya waktu, sumbangkan sedikit waktu Anda untuk kebaikan apa saja.
Jadi, sebenarnya adalah masalah niat yang direalisasikan saja. Yang penting ada niat, ada realisasi, maka ada waktu. Yang penting adalah niat untuk menciptakan lingkaran di sekitar kita menjadi positif, bukan “kalau ada waktu saja.” Jadi, jika ada di antara pembaca yang “merasa rendah diri” karena merasa tidak kaya, kurang berpendidikan, tidak punya keterampilan apa-apa, kurang cantik/ganteng, dan seabrek lagi “kekurangan” lainnya, tidak perlu kecil hati. Karena, cara termudah untuk menutupi semua itu adalah dengan memberi. Apa saja, lakukan dengan sadar namun jangan mengharapkan imbalan secara langsung. Biarkan misteri “apa yang diperoleh” sebagai balasannya terus memotivasi Anda.
Dengan memberi, maka sukses yang ada di dalam itu sudah Anda keluarkan secara tidak langsung. Lantas, vibrasi positif ini akan menggetarkan lebih banyak lagi sumber kebaikan lainnya, dan akan kembali kepada Anda berkali-kali lipat. Kelas sosial dan kelas ekonomi tidaklah banyak artinya lagi apabila Anda menjadi “kelas pemberi.” Anda bisa saja hidup dalam “fatamorgana” dengan segala bentuk materi, namun di mata saya, Anda hanyalah “kelas penerima.”
Hanya ada dua kelas di dalam masyarakat: pemberi dan penerima. Di dunia yang maunya apa-apa gampang ini, lebih banyak orang yang senang menerima, apalagi kalau soal uang. Uang bisa disubstitusi dengan kerja keras, karena kerja merupakan bentuk dignity tertinggi. Untuk apa kekayaan menumpuk jika hanya dinikmati dari segi materi saja? Anda tidak perlu kaya secara finansial untuk memberi. Jika Anda mempunyai kelebihan, apapun itu, sumbangkan keterampilan Anda kepada orang lain. Tidak perlu banyak-banyak, beberapa saja. Karena kebaikan hati biasanya menular. Satu kebaikan kecil akan menginspirasi satu maupun lebih bentuk kebaikan lainnya. Jika Anda punya waktu, sumbangkan sedikit waktu Anda untuk kebaikan apa saja.
Jadi, sebenarnya adalah masalah niat yang direalisasikan saja. Yang penting ada niat, ada realisasi, maka ada waktu. Yang penting adalah niat untuk menciptakan lingkaran di sekitar kita menjadi positif, bukan “kalau ada waktu saja.” Jadi, jika ada di antara pembaca yang “merasa rendah diri” karena merasa tidak kaya, kurang berpendidikan, tidak punya keterampilan apa-apa, kurang cantik/ganteng, dan seabrek lagi “kekurangan” lainnya, tidak perlu kecil hati. Karena, cara termudah untuk menutupi semua itu adalah dengan memberi. Apa saja, lakukan dengan sadar namun jangan mengharapkan imbalan secara langsung. Biarkan misteri “apa yang diperoleh” sebagai balasannya terus memotivasi Anda.
Dengan memberi, maka sukses yang ada di dalam itu sudah Anda keluarkan secara tidak langsung. Lantas, vibrasi positif ini akan menggetarkan lebih banyak lagi sumber kebaikan lainnya, dan akan kembali kepada Anda berkali-kali lipat. Kelas sosial dan kelas ekonomi tidaklah banyak artinya lagi apabila Anda menjadi “kelas pemberi.” Anda bisa saja hidup dalam “fatamorgana” dengan segala bentuk materi, namun di mata saya, Anda hanyalah “kelas penerima.”